Sabtu, 24 Oktober 2009

PELER NEGRIKU

PELER NEGRIKU
Jajang R Kawentar

Kamus besar bahasa Indonesia tidak memiliki peler. Buku tersebut merupakan salah satu buku yang menentang dan menantang peler. Kamus itu perlu dipertimbangkan lagi keabsahannya. Mungkin kamus tersebut berbasis aliran kekiri-kirian. Konon yang memiliki aliran kanan atau kiri sama-sama memiliki penyakit susah menoleh. Ini berbahaya, bisa menyesatkan. Tidak bisa memandang jauh ke depan, berjalan menyamping. Sebaiknya kamus itu dibakar. Ini kebijaksanaan. Ini perintah pemerintah. Karena kamus tersebut tidak ada pelernya. Peler tidak tertera di sana. Apalagi setelah ditinjau ulang nanti, Kelentit pun tidak ada, ini ‘kan eksistensi gender. Jangan sampai diskriminasi itu terjadi dalam kamus besar Indonesia.

Siapakah yang senang dengan bakar-membakar buku? Bahkan membakar intelektualitas, menculik dan membunuh aktor intelektualitas, mencuci intelektualitas dengan diterjen dan air comberan. Makanya intelektualitas sekarang menjadi kotor, bau busuk dan berjamur. Berkembang bagai jamur.

Wawasan intelektualitas habis. Aktor intelektual habis. Sekarang yang ada tinggal kroco-kroco. Intelektual yang jamuran, bau busuk dan kotor. Ya wajar kalau keadaan sekarang semakin lapuk dan jamur tumbuh semakin subur. Tunggulah kehancuran. Kata tuhan dalam kitab, dan berpidato di gedung putihnya, di markasnya. Sekali digoyang dombret, digoyang inul, dak ku ku deh. Aktor intelektual yang jamuran pasti cakar-cakaran. Berebut lahan omprengan. Masyarakatnya jantungan. Tiap hari ada saja yang kena tikam. Pejabatnya preman. Bawahannya bajingan. Pendidikannya penjarahan, pemerkosaan, pelecehan, perselingkuhan, pembunuhan. Negri macam apa ini, Tuhan?

Salah satu cara mengatasi jamur yang tumbuh subur dan semakin berkembang. Harus dirancang program pendidikan Nasional tentang Iqro: bacalah. Terbitkanlah berbagai macam buku sebanyak-banyaknya. Wajibkan kepada para mahasiswa dan pelajar untuk membaca sebanyak-banyaknya. Kalau tidak, mahasiswa dan pelajar itu yang kita bakar. Ini program reintelektualisasi anak negri. ini kebijaksanaan. Ini perintah pemerintah. Kita harapkan intelektualitas tumbuh kembali, disirami buku-buku. Buku-buku menjamur dan intelektualitas semakin subur. Kalau tidak tunggulah kehancuran. Budaya asing tak terkendali dan pendidikan mengerogoti tubuh yang bobrok dan rapuh, lahan yang nyaman bagi tumbuh jamur. Bagaimana dengan masyarakatnya? Sama saja.

Jamur akan berkuasa menjelma menjadi peler.

Pada mulanya peler adalah sesuatu yang menjijikkan, tetapi lama kelamaan menjadi sesuatu yang unik. Setelah mencoba mencicipinya ternyata selalu ketagihan ingin bertambah, bahkan terus bertambah. Peler semacam candu. Ada sebagaian yang selalu ingin berlebihan. Ada juga yang biasa-biasa saja, maksudnya di luar tidak menampakkan kerakusannya tetapi ketika di dalam seperti yang belum makan sebulan. Ada juga yang mencemooh. Ih saru! Jorok! Haram! Inilah romantikanya peler kita. Mungkin kamus besar bahasa Indonesia itu belum pernah mencoba mencicipi peler. Makanya ia tidak punya peler

Perdagangan peler sekarang sudah sangat merakyat, populer. Sama dengan lagu dangdut. Tidak hanya di jajakan di salon-salon, atau hotel-hotel, atau di lokalisasi. Di warung pojok sampai di emper-emper toko, di pinggir-pinggir jalan, bahkan di jajakan oleh salesman door to door. Memang ada berbagai jenis peler yang beredar di pasaran Nasional. Ada yang local (Jawa, sunda, madura, Sumatra, dst,) blasteran, Bangkok, dan Australia. Masing-masing jenis harganya bervariasi. Yang pasti apabila saling memuaskan, bisa jadi transaksi gratis. Dan biasanya ada bonus serta voucher, nonton BF 4 Bandung lautan asrama.

Konon katanya peler Indonesia menjadi komoditi eksport yang sangat menjanjikan. Karena bisa menambah devisa. Meskipun komoditi ini juga bersaing ketat dengan peler import, yang sepertinya melebihi kuota. Ditambah lagi dengan import paha ayam, Kentucy friedchiken, Mc Donald, texas chiken dan masih banyak lagi. Sehingga menjadikan harga peler Indonesia merosot tajam begitupun pempek Palembang. Ini diakibatkan oleh para spekulan importir daging mentah dan paha ayam tersebut, yang semena-mena. Tanpa memikirkan pengusaha dan eksportir peler nasional dan tradisional.

Untuk itu perlu dibuatkan undang-undang yang jelas tentang tatacara eksport dan import daging mentah dan paha ayam. Supaya tidak menimbulkan implasi pendapatan pengusaha peleeer nasional dan tradisional. Jangan hanya memikirkan dagangan orang asing, sementara pedagang local terpinggirkan. Jadi untuk apa pemerintahan negara ini kalau tidak dapat melindungi masyarakatnya. Tidak dapat menjaga harga diri, jiwa dan hak milik rakyatnya dari keganasan orang asing. Sebagai sikap negara berkedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan………..dst.

Disamping itu perlunya penyuluhan secara menyeluruh bagi pemilik peler dan para pengusaha peler. Bagaimana menciptakan peler yang bermutu tinggi, renyah, gurih, berkualitas, tahan lama, kuat dan terjaga kebersihan serta kesehatannya. Atau bagaimana menjaga agar peler tetap terjaga kehigienisannya. Jangan terlalu banyak memakai pupuk urea atau obat-obatan yang mempercepat pertumbuhan seperti ayam buras. Sehingga akan membuatnya cepat dewasa, besar, tetapi lemah. Sebaiknya lebih mengutamakan yang alamiah, bukan rekayasa. Sehingga kekuatan dan cita rasa peler nasional kita diperhitungkan negri paman Sam dan mendapatkan pengakuan dunia internasional. Bila perlu, kita meminta lisensi dari Amerika. Biar kelihatan gagah.

Meskipun sebagian besar produksi peler nasional masih diduduki oleh kaum miskin kota: buruh pabrik, pedagang asong, anak jalanan, petani, nelayan, dan para urban dari desa-desa miskin. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi peler terus dilakukan, tanpa lelah. Walau begitu tetap kita harus punya prinsip. Bahwa mereka hanya menjual peler miliknya, serta mengkoordinirnya. Menjadi komoditas andalan dan unggulan. Mereka dilarang menjual desa, bangsa dan identitasnya. Mereka menjual peler hanya untuk menukarkan harga lapar dengan harga beras dan bahan pokok lainnya.

“Habis, tidak satupun yang perduli dengan kehidupan kami, kecuali diri kami sendiri. Sebab negara sudah tidak kuasa. Sebab negara sibuk dengan urusan pribadinya, sebab negara sibuk dengan perutnya sendiri”, kata mereka.

Jangan ganggu peler kami. Hak milik kami seutuhnya.

Hanya peler yang mampu mensejahterakan hidup kami,

Hanya peler yang mampu membayar hutang-hutang kami

Hanya peler yang membayar gaji kami

Hanya peler yang menghidupi anak-anak kami

Hanya peler yang memberikan peluang kerja kami

Hanya peler yang membayar kotrakan rumah kami

Hanya peler yang membiayai kesehatan kami

Hanya peler yang menjadi modal kami

Apakah negara mampu ngurusi dan menjaga kepentingan kami, keluarga kami, saudara kami, bangsa kami dan wilayah kami?

Negara hanya berpikir kepentingannya sendiri, mengeruk kekayaan wilayah dan jerih payah kami, serta memeras bangsanya sendiri.

Hanya peler satu-satunya pendekar kami

Hanya Peler penyelamat bangsa

Siapapun menggugatnya akan kena batunya

Peler negri bersatu tak bisa dikalahkan

Anda punya peler mari bersatu

Sumbangkan peler anda

Membayar bank dunia
Desas-desus Peler

Desus pertama. Peler akan menjadikan dirinya sebuah idiologi baru di negri tercinta ini. Penganut idiologi ini kebanyakan kaum muda Indonesia. Diantaranya para pelacur, bandit-bandit, pejabat korup, penjual hukum, penjual agama dan masih banyak lagi. Idiologi peler ini diprediksikan akan membawa berkah dan sebagai idiologi masa depan yang berwawasan humanistis, sosialistis dan berbau agamis, yang akan meluluhlantakkan idiologi yang ada sebelumnya. Idiologi peler merupakan idiologi dahsyat, berkekuatan jin dan setan yang ada di bumi ini. Tuhannya adalah kekayaan, dendam, nafsu syahwat, ilmu pemgetahuan, teknologi dan uang.

Desus kedua. Peler akan dijadikan cindramata. Atau dijadikan sebagai bahan produksi seni kerajinan lainnya. Umpamanya bross, konde, gantungan kunci, hiasan di mobil, patung di taman, sebagai asbak rokok, dompet, tutup botol, mainan anak, mainan bapak ibu, gagang sedokan, gagang sapu, dan peralatan dapur lainnya.

Diharapkan dari sector seni kerajinan peler ini akan menambah pendapatan rakyat dan tumbuhnya home industry seni kerajinan rakyat. Sehingga menumbuhkan sector perekonomian rakyat yang terpadu, dengan budidaya peler yang lebih maju. Basis ekonomi kerakyatan pun menjadi nyata. Pengangguran, krisis ekonomi akan tertanggulangi. Dengan demikian pendidikan akan lebih maju. Orang tua akan mampu menyekolahkan anak-anaknya. Sekolah yang mendidik, bukan sekolah sebagai candu. Dengan pendidikan orang akan berpikir merdeka. Dan diharapkan akan memerdekakan dari penjajahan yang menjamur seperti peler.

Desus ketiga. Kabar gembira bagi sejarah nasional, bahwa setiap generasi peler akan didokumentasikan di museum, sebagai barang bukti sejarah. Supaya anak cucu kita tidak asing lagi dengan peler-peler masa pendahulunya. Sebagai modal perawatan dan perluasan serta pembangunan museum peler nasional, berbagai benda sejarah dan benda purbakala, benda seni sebaiknya di privatisasikan, sama saja dengan BUMN lainnya, atau di jual saja pada pengusaha barang sejarah, kolektor barang antik, atau investor asing. Sebagai modal dan kita gantikan dengan peler nenek moyang, yang turut berjasa dalam memperjuangkan peler sebagai hak yang hakiki dari negri yang memiliki harga diri. Di samping itu sebagai media pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Bagaimana manfaat dan pemanfaatannya. Sehingga pengetahuan masyarakat akan terus berkembang.

Desus keempat. Seni sastra peler. Perkembangan sastra akan sangat ditentukan oleh peler. Peler sebagai penentu kebijakan dalam berkarya sastra. Sastrawan harus memiliki kekuatan dan cita rasa peler nasional supaya diperhitungkan negri super power dan mendapatkan pengakuan dunia internasional. Bila perlu kita meminta lisensi Amerika. Supaya sastrawan memegang senjata dan mampu menghalau serta memerangi teroris dalam sastra.

“Ha ha ha ha ha… ah ah ah…,”

“Hi hi hi hi hi… ih ih ih…,” ada yang ketawa ketiwi.

Desus selanjutya masih dalam proses. Sebelumnya nikmati dulu desus peler berikut ini.

Pelermu aduhai

Aku tunduk padamu

Tiada dua

Hanya untukmu

Hanya untukku

Oh kuserahkan segala

Biar rakyat berteriak

Ah aku sungguh

Segalanya kamu

Aku penguasa peler

Keputusan di tanganku

Engkau satu kuperjuangkan

Demi nusa dan bangsa hasratku

Ah sayang kita ke ranjang

Kita berlayar

Biarlah nelayan kehabisan tangkapan

Yang penting indehoy

Ah sayang kita di sofa saja

Kita membajak

Biarlah petani kehabisan lahan

Asal kita asoy

Akulah penguasa pelermu

Aku bersumpah demi peler

Akan kutunjukan keperkasaan padamu

Memungut pajak atau membuat undang-undang

Atau memecat pejabat atau menjual asset-aset negara

Iman sudah kuikat erat pada pelermu

Takan tergoyahkan walau badai melanda

Walau aceh menuntut merdeka

Juga dimana-mana

Walau pulau-pulau dan sipadan ligitan terbang

Walau teror mendar-der-dor kita

Oh indahnya pelermu

Melebihi Nusantara

Hutan belantara Sumatra

Atau Kalimantan, pasir putih pantai Bali,

Budaya Jawa, atau adat istiadat Irian Jaya

Kau mengguncang jagat intelektualitasku

Membakar nafsu birahiku

Oh peler nahkodaku

Aku siap menerima perintah

Apakah harus menjual bangsaku

Apakah harus ngutang bank dunia

Apakah harus menipu rakyat jelata

Ini kejayaan kita

Mari kita keruk sumber daya yang ada

Katakanlah pelerku

Katakanlah dengan lantang

Aku rela diperkosamu

Seperti tenaga kerja wanita kita

Seperti buruh kita dari malayasia dan luar negara

Atau seperti perempuan Aceh melawan perlakuan tentara

Atau seperti gadis tionghoa pada mei 1998

Asal jangan menuntut kenaikan upah

Asal jangan menuntut kesejahtraan

Asal jangan menuntut pelayanan kesehatan

Asal jangan minta turunkan harga sembako

Asal jangan minta turunkan harga BBM

Asal jangan hapus dwifungsi militer

Kamu tahu inilah harta milik kita

Oh peler idolaku

Aku tak kuasa berpaling darimu

Kita ditakdirkan bersatu

Peduli apa motifasimu

Aku tersungkur sudah dipenghulu

Aku tak kuasa pada kerakusan dan keganasanmu

Walau sesungguhnya aku tak suka

Tapi kenikmatan kujalani juga

Walau sesungguhnya menyiksa

Oh pelerku sayang

Aku berada dalam penjaramu

Aku puas digagahimu

Beratus bahkan beribu kalipun

Semalam

Aku pasrah

Kutagih bila ku rindu

Kumarah bila kau lesu

Aku sadar sekadar sadar

Kekuatanmu tidak lagi prima

Kau beranjak renta seperti juga indonesiaku

Tapi jangan khawatir

Sekarang kan ada pil viagra

Atau kuku bima seperti juga bank dunia

Kau akan pulih seperti semula

Kala perjaka

seperti juga semangat perjuangan tahun ‘45

Peler lucu pujaan hati

Harus kubawa ke mana kerajaan ini

Haruskah ku tenggelamkan layaknya Sriwijaya

Haruskah kujunjung layaknya Amerika Serikat

Atau mengalir saja seperti keruhnya sungai Musi

Oh peler kusir pikir semata

Kehausanmu akan dunia membuatku buta

Kelaparanmu akan kekuasaan menciptakanku

Senjata dan bala tentara

Jangan saja janjimu luntur

Karena kuasaku

Kau suka sudah pasti aku setuju

Hanya pelermu yang kumau

Apapun resikonya

Oke- oke saja

Biar banyak pengangguran

Biar rakyat miskin kelaparan

Biar banyak demonstrasi

Biar banyak korupsi kolusi nefotisme dan manipulasi

Biar banyak aborsi dan ekstasi

Aku tidak perduli

Prek

Ya prekkkk

Pelermu yang kumau

Titik

Yang utama pelermu tidak jajan kemana-mana

Apalagi pada pramuria

Pelermu milikku

Jadi hanya berlabuh di pantaiku

Oh peler yang manis

Kekuasaanku tergantung padamu

Kau menjajah kaumku

Bila aku berpaling darimu

Kekuasanku hilang makna

Apa kata anak cucu

Mencoreng tahi di muka

Sedang kau punya ketajaman

Mencuri waktu dariku

Ke rumah bordil

Pelermu dikawal pengawal

Dengan ekstra ketat

Dan dana tutup mulut

Oh pelerku yang berwibawa

Tak mampu mengikuti jejakmu

Sesungguhnya ingin melakukannya

Bagaimana caranya

Impossible

Kadang aku juga bosan denganmu

Ingin melacur

Saat hasrat kekuasaanku meninggi

Libido menguasai kekuasanku

Ih kubayangkan peler di kamar mandi

Dengan sikat gigi

Pelerku

Indahnya kita bersama di mata dunia

Sejoli yang perkasa

di tangan kita segala kuasa

Ke mana-mana yang disuka bisa, mudah, lancar dan cepat

Ah pelerku

Apa lagi yang belum dirasa

Sudah semua

Inilah surga kita

Bajingan tengik tak mampu menjamah

Perampok ulung tak bernyali lagi

Algojo siap siaga kuasa kita

Kita merem ia melek

Kita tamasya ia berjaga-jaga

Kita berjalan ia pegang senjata

Ia selalu di belakang kita

Oh peler hanya satu kamu

Apa gerangan yang kau khawatirkan

Apa gerangan yang kau pikirkan

Apa gerangan yang kau takutkan

Apakah dunia pendidikan kita yang maju mundur

Apakah penduduk yang semakin pintar

Apakah lemah syahwatmu itu

Ah

Tidak mungkin aku memuaskan dengan sikat gigi selalu

Aku butuh peler baru

Yang orsinil bila perlu

Tapi kamu pasti tidak setuju

Sebaliknya pasti kamu memuaskan hawa nafsu

Walau aku cemburu

Pasti kamu cucuk sini cucuk situ

Jika aku tidak mampu

Aku ragu akan kesetiaanmu

Mana ada peler punya mata

Ia punya rasa

Oh pelerku

Aku takluk padamu

Asal jangan duakan milikku

Aku rela jadi kerbaumu

Kaulah gembalaku

Riwayatku ada padamu

Berapa repelita kau suka

Pelermu penguasa kekuasaanku

Pelermu pemimpin bangsaku

Kau pahlawan Ordeku

Peleeeeerku yang romantis (rokok makan gratis)

Masih panjang perjalanan kita

Dari sabang sampai merauke

Berjajar pulau pulau

Semua tetap mendukung kita

Kendali kupegang

Kau pegang kendali

Coblos gambar symbol raksasa

Oh pelerku yang perkasa

Siapa yang tak tunduk padamu

Seluruh mata tertuju padamu

Kau kebarat

Mereka ke barat

Kau ke timur

Mereka ke timur

Kau ke utara

Mereka ke utara

Kau ke selatan

Mereka ke selatan

Ah pelerku yang bijaksana

Aku ingin sekali berontak padamu

Mengapa aku tak kuasa

Apakah aku tak tega

Apakah aku terbiasa

Apakah aku tak bertenaga

Barangkali ilmu peletmu bekerja sempurna

Jangan-jangan rakyat kena peletmu

Jangan-jangan aku bekerja karena peletmu

Jangan-jangan peletmu pelermu

Pelermu peletmu

Bagaimanapun kekuatan peler cukup berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kekuatan peler tidak akan terkalahkan oleh senjata tercanggihpun. Kekuatan peler harus diimbangi dengan iman dan takwa. Apabila dalam kamus besar Indonesia ada pelernya, maka negara kita akan lebih maju. Apalagi setelah ditinjau ulang nanti, Kelentit pun tidak ada, maka ini akan mengganggu eksistensi gender. Jangan sampai diskriminasi itu terjadi dalam kamus besar Indonesia. Sepertinya diskriminasi itu akan terus berlangsung. Sebelum kamus besar Indonesia memiliki peler.

Benar dugaanku, Kamus Besar Indonesia tidak ada pelernya yang ada kata Pelir. Pe.lir n kemaluan laki-laki; zakar; Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hal. 846. Dan kelentit ternyata ada tetapi yang kumaksud bukan (1.) Ke.len.tit n daging atau gumpal jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva (lubang pukas). (2.) ke.len.tit n tumbuhan rumput, biasa digunakan untuk obat, KBBI, hal. 532.

Sesungguhnya apa yang kumaksudkan tidak bisa terditeksi oleh kamus sebesar apapun. Sesungguhnya kamus itu berada dalam hati nurani. Mari kita gali hati nurani mencari peler yang terkubur, orang yang mendapatkannya pertanda orang yang telah dibukakan pintu hatinya.

Palembang, Januari 2003