SYAIR BUJANG BEGAL
oleh yadhi rusmiadi jashar
Ini cerite ndai dusun tinggal
Jeme ke ume pegi nugal
Di huma ade bujang begal
Mehanjak tue lakunye bengal
Laku Bujang luar biase
Bapang Endung dianggap kance
Kelepeh Bapang diambek isinye
Serane endung enjok ke rande
Dek tau Bapang nak rugat agi
Ditawekan bujang nunjokkan gigi
Endung rungsing sejadi-jadi
Bujang pusing lahi ke buri
Bujang runtik anak Wak Riye
Gawinye ngatik nak husek saje
Gadis cinde nak dilinjanginye
Tapi dek ade ngesir ngan die
Malam minggu lok biasenye
Bujang mengar bedandan gile
Gumbak disunggar mengkilap raye
Minyak sayur digelusohkannye
Dek pule lupe hum-human
disemprotnye kiri nggok kanan
Bangat embaunye keliwatan
Sedusun raye ke-embau-an
Bujang begal la siap luncur
Begancang njagal ke dusun pancur
Bejalan keting keletar keletur
Jeme pening mukenye ancur
Bujang Wak Riye mandak ngejut
Nginak bidare kening mencucut
Ati betanye bulu alis betaut
Sape name si gadis lembut
Ui endung, alangke semampai gadis itu
Dudok nyeradai di tundan pintu
Gumbak melambai matenye sayu
Muke aduhai asli melayu
Ngihim senyuman adui manisnye
Bujang kelinjangan bebunge bunge
Siti Kelembungan name lengkapnye
Anak Bik Saman die rupenye
Gadis di tundan ngumong dialun
Suarenye ngedan mengayun ayun
Bujang kelinjangan mangap tetegun
Siti Kelembungan mantap bepantun
"Kedalak oi kedali dali
Anak tiung belage tige
Amun galak kebile agi
Nunggu setaun lame ige"
"Batang pedare dahan kayu
Batang embacang jeme seberang
Kakang bekate ngan umakku
datang gancang kite betunang"
Oi bapang tulungla aku
Siti Kelembungan jadikan mantu
Budi pekertinye alap bemutu
Ilok parasnye dek mbuat malu
Bujang sanggup berikrar janji
Ngubah laku amun la jadi
Bebenah idup meniti ahi
Asal bepadu tambatan hati.
~~Griya Sriwijaya, Nopember 2010~~
Selasa, 16 November 2010
Minggu, 14 November 2010
Syair Bujang Tuo
SYAIR BUJANG TUO
oleh yadhi rusmiadi jashar
Arkian kisah si bujang tuo
Idup dewek dak ado kanco
Ngesir cewek yang masih mudo
Siapo rela dengan tuo bangko
Di ujung dusun ado la gadis
Tetegak anggun sungguh manis
Dari jauh bedayo magis
Bujang tuo tehipnotis
Bujang tuo belari kencang
seradak serenggino numburi barang
Ngejer betino si rambut mayang
Dak taunyo si jando kembang
Bujang mambang idak peduli
Sikil diayun laju belari
Jando kembang senyum bestari
Ya hindun dio dak katek gigi
Bujang laju urungke niat
Balek mengkerik belari cepat
Sikil dipacu begancang minggat
Geledurr, tiang listerik nyokot jidat
Jidat menyunyu sebesak kelapo
Bujang tuo idak meraso
Lari nyerudu hindari jando
Idak la suko bebini dio
Nasib si cimen bujang yang malang
Umur la ngarep belum betunang
Gara-gara nemen igo menimbang
Gadis cakep akhirnyo melayang
Tinggallah si bujang duduk merenung
Bekain sarung dio mencangkung
Bujang mambang setengah linglung
Kesian si burung buruk tegantung
Jadi wong jangan pilih-pilih
Kalu la jodoh gancang diraih
Dak perlu cewekan bekasih-kasih
Kagek nyerodoh dan jugo sedih***
~~~Griya Sriwijaya, 14 Nopember 2010~~~
oleh yadhi rusmiadi jashar
Arkian kisah si bujang tuo
Idup dewek dak ado kanco
Ngesir cewek yang masih mudo
Siapo rela dengan tuo bangko
Di ujung dusun ado la gadis
Tetegak anggun sungguh manis
Dari jauh bedayo magis
Bujang tuo tehipnotis
Bujang tuo belari kencang
seradak serenggino numburi barang
Ngejer betino si rambut mayang
Dak taunyo si jando kembang
Bujang mambang idak peduli
Sikil diayun laju belari
Jando kembang senyum bestari
Ya hindun dio dak katek gigi
Bujang laju urungke niat
Balek mengkerik belari cepat
Sikil dipacu begancang minggat
Geledurr, tiang listerik nyokot jidat
Jidat menyunyu sebesak kelapo
Bujang tuo idak meraso
Lari nyerudu hindari jando
Idak la suko bebini dio
Nasib si cimen bujang yang malang
Umur la ngarep belum betunang
Gara-gara nemen igo menimbang
Gadis cakep akhirnyo melayang
Tinggallah si bujang duduk merenung
Bekain sarung dio mencangkung
Bujang mambang setengah linglung
Kesian si burung buruk tegantung
Jadi wong jangan pilih-pilih
Kalu la jodoh gancang diraih
Dak perlu cewekan bekasih-kasih
Kagek nyerodoh dan jugo sedih***
~~~Griya Sriwijaya, 14 Nopember 2010~~~
BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT
BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT
Oleh Jajang R Kawentar
Bujang Bedengkang ini judul buku kumpulan puisi yang baru diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] yang bermarkas di Desa Pagarsari Lahat. Buku kumpulan puisi ini mengutamakan puisi berbahasa Lahat. Ada 46 puisi yang terkumpul dalam buku itu, 22 diantaranya puisi berbahasa Lahat dan selebihnya berbahasa Indonesia.
Buku merupakan bagian dari aktualisasi diri baik dari sebuah kelompok atau organisasi atau perorangan. Kali ini aktualisasi dari Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan orang perorang yang terdiri dari Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Kesemua bergiat di [KSLS] dimana bekerja sastra , mulai diskusi, berkarya, melakukan pementasan dan kerja kreatif lainnya.
[KSLS] pada saat ini sedang bergumul dengan bahasa daerah lahat yang merupakan bahasa Ibu dimana kami berada dan berproses. Hal ini bagian dari proses kreatif, bagaimana mengolah berbagai bahan bahasa daerah Lahat yang ada akan diracik menjadi masakan yang lezat berwujud karya sastra, atau hanya sekedar menampilkan apa yang kami miliki di daerah ini. Memang [KSLS] sedang belajar sombong dengan bahasa kami sendiri untuk orang lain, untuk siapapun di luar kami, atau belajar berbangga diri karena memiliki kekayaan bahasa yang beda dengan daerah lain, meskipun mungkin hanya sebagahagiannya atau hanya sepotong saja. Namun apapun yang kami miliki kini sedang dalam racikan di [KSLS].
Seperti halnya Yudistio Ismanto yang semula berekspresi melalui bahasa Indonesia kini betul-betul menekuni bahasa Lahat, mulai menggali terus istilah-istilah bahasa dusun dan bahasa-bahasa lama yang kini mulai banyak orang tinggalkan. Bujang Bedengkang merupakan salah satu judul puisi miliknya yang menjadi uncak di dalam buku kumpulan puisi ini.
Dengan menerbitkan beberapa karya puisi berbahasa daerah ini, berharap mendapat perhatian dari masyarakat untuk ikut menumbuh kembangkan bahasa yang agung ini melalui berkarya sastra. Begitupun harapan supaya ada manfaat dan bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan. Karena sepengetahuan kami selama ini karya sastra berupa puisi modern berbahasa Lahat tidak ada dan baru ini kali pertama puisi berbahasa Lahat hadir dihadapan pemirsanya. Pemirsa sekalian sebagai pengguna bahasa Lahat itu sendiri.
Meskipun keadaan buku yang kami terbitkan ini masih sangat sederhana, karena memang kemampuan yang bisa kami lakukan baru sebatas ini. Tidak menutup kemungkinan apabila apa yang kami usahakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka sesuatu yang lebih spektakuler akan kami tempuh. Semua ini semata sebagai pengabdian [KSLS] terhadap pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat Lahat yang kami cintai.
Sekecil apapun pengabdian [KSLS] kepada masyarakat, semoga mendapat tempat yang baik di hati mereka. Karena kami berpikir kalau bukan kita yang memulai berkarya sastra berbahasa Lahat, lalu siapa lagi. Semoga ini permulaan yang baik untuk mengukir sejarah kesusastraan di Kabupaten Lahat.
Selain itu buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat ini dibawa dalam perhelatan di acara Temu Sastrawam Indonesia ke III di Tanjungpinang di Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28-31 Oktober lalu. Bahasa Lahat didendangkan di hadapan para penyair bertaraf nasional itu. Tentu sebuah kesempatan bagi jeme Lahat mengibarkan kebahasaannya yang juga merupakan bagian dari bahasa Melayu ini.
Kesempatan emas ini sesungguhnya kita rebut sebagai tempat untuk mendapat perhatian bagi para penulis dan gila menulis untuk mau berbondong-bondong datang ke kota Lahat hanya sekedar untuk menulis kebudayaan Lahat yang sungguh sangat kaya ini. Mulai kebudayaan para puyang atau cerita dusun, pantun, sastra lisan atau berbagai bentuk megalith peninggalan pra sejarah itu. Kita berharap dengan dorongan para penulis dan menyebarkannya dalam berbagai media massa maka kekayaan seni budaya Lahat menjadi lebih dikenal.
Seperti halnya buku Laskar Pelanginya karya Andrea Hirata yang kemudian menjadi sebuah film dan cukup mengejutkan untuk kepariwisataan di Bangka Belitung. Sebuah karya sastra dan film yang mengubah image masyarakat terhadap kepulauan Bangka Belitung itu dari yang menyeramkan, menjadi sangat romantis dan saat ini mulai terbuka keindahan alamnya yang elok itu menjadi sasaran para pelancong. Pemerintah dan masyarakat di Bangka Belitung kini tinggal mengeruk keuntungan dari para pelancong tersebut, dan ini nyata-nyata bermula dari kerja seorang sastrawan.
Beberapa daerah sepertinya mulai melirik bagaimana peran para sastrawan dijadikan sebagai garda depan dalam pembangunan daerah yang membangun image masyarakat
untuk terus tak henti mencintai seni budaya sendiri dan menciptakan citra daerahnya menjadi semakin baik.
Keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Lahat sungguh membuat orang-orang yang haus akan sejuknya alam terkagum-kagum. Tetapi seringkali orang-orang yang mendiaminya seperti tidak perduli, mungkin karena keindahan alam kita itu sudah biasa setiap hari di lihatnya. Namun apabila kita pernah berkunjung ke beberapa daerah di nusantara atau ke luar negri maka ketika kembali ke daerah kita ini pasti daerah Lahat ini tidak kalah indahnya dengan daerah lain.
Permasalahannya hanyalah bagaimana kita mengelola dan mengemas sebuah pariwisata dan seni budaya kita ini. Bagaimana kita menggalakannya kembali kantong-kantong budaya atau kesenian yang ada di dusun-dusun dan bagaimana berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu kita pelihara serta dirawat. Disinilah peran para penulis atau sastrawan dalam mendokumentasikan berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu tidak hanya sebagai wacana saja, atau hanya berkembang dari mulut ke mulut. Tetapi tampak dalam bentuk manuskrip buku yang kemungkinan abadi dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Tidak hanya di daerah sendiri tetapi orang-orang di luar daerah kita ini dapat menikmati atau dapat melakukan penelaahan dan penelitian.*)
Oleh Jajang R Kawentar
Bujang Bedengkang ini judul buku kumpulan puisi yang baru diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] yang bermarkas di Desa Pagarsari Lahat. Buku kumpulan puisi ini mengutamakan puisi berbahasa Lahat. Ada 46 puisi yang terkumpul dalam buku itu, 22 diantaranya puisi berbahasa Lahat dan selebihnya berbahasa Indonesia.
Buku merupakan bagian dari aktualisasi diri baik dari sebuah kelompok atau organisasi atau perorangan. Kali ini aktualisasi dari Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan orang perorang yang terdiri dari Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Kesemua bergiat di [KSLS] dimana bekerja sastra , mulai diskusi, berkarya, melakukan pementasan dan kerja kreatif lainnya.
[KSLS] pada saat ini sedang bergumul dengan bahasa daerah lahat yang merupakan bahasa Ibu dimana kami berada dan berproses. Hal ini bagian dari proses kreatif, bagaimana mengolah berbagai bahan bahasa daerah Lahat yang ada akan diracik menjadi masakan yang lezat berwujud karya sastra, atau hanya sekedar menampilkan apa yang kami miliki di daerah ini. Memang [KSLS] sedang belajar sombong dengan bahasa kami sendiri untuk orang lain, untuk siapapun di luar kami, atau belajar berbangga diri karena memiliki kekayaan bahasa yang beda dengan daerah lain, meskipun mungkin hanya sebagahagiannya atau hanya sepotong saja. Namun apapun yang kami miliki kini sedang dalam racikan di [KSLS].
Seperti halnya Yudistio Ismanto yang semula berekspresi melalui bahasa Indonesia kini betul-betul menekuni bahasa Lahat, mulai menggali terus istilah-istilah bahasa dusun dan bahasa-bahasa lama yang kini mulai banyak orang tinggalkan. Bujang Bedengkang merupakan salah satu judul puisi miliknya yang menjadi uncak di dalam buku kumpulan puisi ini.
Dengan menerbitkan beberapa karya puisi berbahasa daerah ini, berharap mendapat perhatian dari masyarakat untuk ikut menumbuh kembangkan bahasa yang agung ini melalui berkarya sastra. Begitupun harapan supaya ada manfaat dan bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan. Karena sepengetahuan kami selama ini karya sastra berupa puisi modern berbahasa Lahat tidak ada dan baru ini kali pertama puisi berbahasa Lahat hadir dihadapan pemirsanya. Pemirsa sekalian sebagai pengguna bahasa Lahat itu sendiri.
Meskipun keadaan buku yang kami terbitkan ini masih sangat sederhana, karena memang kemampuan yang bisa kami lakukan baru sebatas ini. Tidak menutup kemungkinan apabila apa yang kami usahakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka sesuatu yang lebih spektakuler akan kami tempuh. Semua ini semata sebagai pengabdian [KSLS] terhadap pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat Lahat yang kami cintai.
Sekecil apapun pengabdian [KSLS] kepada masyarakat, semoga mendapat tempat yang baik di hati mereka. Karena kami berpikir kalau bukan kita yang memulai berkarya sastra berbahasa Lahat, lalu siapa lagi. Semoga ini permulaan yang baik untuk mengukir sejarah kesusastraan di Kabupaten Lahat.
Selain itu buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat ini dibawa dalam perhelatan di acara Temu Sastrawam Indonesia ke III di Tanjungpinang di Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28-31 Oktober lalu. Bahasa Lahat didendangkan di hadapan para penyair bertaraf nasional itu. Tentu sebuah kesempatan bagi jeme Lahat mengibarkan kebahasaannya yang juga merupakan bagian dari bahasa Melayu ini.
Kesempatan emas ini sesungguhnya kita rebut sebagai tempat untuk mendapat perhatian bagi para penulis dan gila menulis untuk mau berbondong-bondong datang ke kota Lahat hanya sekedar untuk menulis kebudayaan Lahat yang sungguh sangat kaya ini. Mulai kebudayaan para puyang atau cerita dusun, pantun, sastra lisan atau berbagai bentuk megalith peninggalan pra sejarah itu. Kita berharap dengan dorongan para penulis dan menyebarkannya dalam berbagai media massa maka kekayaan seni budaya Lahat menjadi lebih dikenal.
Seperti halnya buku Laskar Pelanginya karya Andrea Hirata yang kemudian menjadi sebuah film dan cukup mengejutkan untuk kepariwisataan di Bangka Belitung. Sebuah karya sastra dan film yang mengubah image masyarakat terhadap kepulauan Bangka Belitung itu dari yang menyeramkan, menjadi sangat romantis dan saat ini mulai terbuka keindahan alamnya yang elok itu menjadi sasaran para pelancong. Pemerintah dan masyarakat di Bangka Belitung kini tinggal mengeruk keuntungan dari para pelancong tersebut, dan ini nyata-nyata bermula dari kerja seorang sastrawan.
Beberapa daerah sepertinya mulai melirik bagaimana peran para sastrawan dijadikan sebagai garda depan dalam pembangunan daerah yang membangun image masyarakat
untuk terus tak henti mencintai seni budaya sendiri dan menciptakan citra daerahnya menjadi semakin baik.
Keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Lahat sungguh membuat orang-orang yang haus akan sejuknya alam terkagum-kagum. Tetapi seringkali orang-orang yang mendiaminya seperti tidak perduli, mungkin karena keindahan alam kita itu sudah biasa setiap hari di lihatnya. Namun apabila kita pernah berkunjung ke beberapa daerah di nusantara atau ke luar negri maka ketika kembali ke daerah kita ini pasti daerah Lahat ini tidak kalah indahnya dengan daerah lain.
Permasalahannya hanyalah bagaimana kita mengelola dan mengemas sebuah pariwisata dan seni budaya kita ini. Bagaimana kita menggalakannya kembali kantong-kantong budaya atau kesenian yang ada di dusun-dusun dan bagaimana berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu kita pelihara serta dirawat. Disinilah peran para penulis atau sastrawan dalam mendokumentasikan berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu tidak hanya sebagai wacana saja, atau hanya berkembang dari mulut ke mulut. Tetapi tampak dalam bentuk manuskrip buku yang kemungkinan abadi dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Tidak hanya di daerah sendiri tetapi orang-orang di luar daerah kita ini dapat menikmati atau dapat melakukan penelaahan dan penelitian.*)
Memperkenalkan Budaya Lahat di Kancah Sastra Nasional
MEMPERKENALKAN BUDAYA LAHAT DI KANCAH SASTRA NASIONAL
Oleh Jajang R Kawentar
……………………………….
kaba anak lanang ahapan bapang
bujang bedengkang harus bekundu gedang
jangan bepacak gi mbesakah bajang
kaba dinanti leh behingasnye siang
kaba ditunggu leh kejamnye malam
tantanglah dunie umbang
becalak dikit mangke dek ditujah sandi belakang
ajak kance peluklah kundang
dek kah tetekut himbe dunie leh kaba suhang
kebile sisip mate bepejam kaba kah matek tependam
ame kundu nciut kah kanyut kaba di ayek suhut
Demikian tiga bait puisi terakhir dari puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat karya Yudistio Ismanto yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Bujang Bedengkang.
Buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang yang diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] Lahat Sumatera Selatan bersama CV Sobatindo Kreasi beredar disaat Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III di kota Tanjungpinang Kepulauan Riau 28-31 Oktober 2010. Sebanyak 200 sastrawan yang datang dari berbagai daerah seluruh Indonesia ini ditambah dari berbagai kalangan siswa, mahasiswa, guru-guru serta dosen di provinsi tersebut pada saat acara berlangsung. Ini adalah upaya dari [KSLS] guna memperkenalkan budaya daerah Lahat dalam hal ini sastra berbentuk puisi modern berbahasa Lahat.
Pengenalan budaya Lahat di kancah sastra nasional yang dilakukan [KSLS] ini hiperrealitas, di dunia yang saat ini hanya mementingkan kesan serta seremoni saja, namun pengenalan budaya Lahat ini dilakukan dengan kesadaran dan sangat jelas menuju sasarannya, yakni kepada para pelaku sekaligus motor kebudayaan itu sendiri. Para sastrawan tersebut merupakan agen dari perubahan budaya dan sekaligus ikut memperkenalkan, mengembangkan dan melestarikan seni budaya tersebut. Paling tidak, ikut menginpirasikan kegiatan berkarya sastra berbahasa daerah ini kepada khalayak nusantara.
Kegiatan [KSLS] ini bukan seremonial yang menghabiskan uang Anggaran Perencanaan Belanja Daerah ratusan juta rupiah yang seringkali tidak jelas sasaran serta inputnya, tetapi kegiatan [KSLS] dengan menerbitkan buku kumpulan puisi berbahasa Lahat dan langsung menyebarkannya ini sungguh merupakan pengabdian kepada masyarakat Lahat semata. CV Sobatindo Kreasi merupakan penyumbang dana dalam penerbitan buku kumpulan puisi berbahasa daerah Lahat ini.
Harapan dari [KSLS] ini bahwa masyarakat dunia dapat mengenal lebih jauh terhadap kebudayaan di daerah Kabupaten Lahat, lebih jauhnya mereka mau berkunjung ke kabupaten Lahat, entah itu sebagai pelancong atau mau menyelenggarakan penelitian tentang kebudayaan Lahat ini. Dalam TSI III di Tanjungpinang beberapa hari lalu ada beberapa orang yang tertarik untuk meneliti peninggalan kesultanan Palembang di Lahat, atau meneliti keaksaraan yang berkembang di Lahat ini.
Sesungguhnya tidak hanya seni tradisi yang berkembang di Kabupaten Lahat tetapi peninggalan dari kebudayaan Batu Tua juga sangat banyak, bahkan ribuan batu peninggalan nenek moyang terdapat di Lahat ini. Seandainya banyak yang mau meneliti kekayaan kebudayaan yang terdapat di Lahat ini maka bukan tidak mungkin keagungan Kabupaten Lahat akan kembali berkibar. Sebagai kota tua, kota besar yang sempat jaya dimasanya.
Tentu harus ada upaya dari berbagai fihak baik dari instansi pemerintah, masyarakat dan pelaku seni budaya serta para akademisi atau peneliti yang kompeten, yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan professional. [KSLS] telah membuka jaringan kebudayaan yang luas dan bukan tidak mugkin melakukan kerjasama dengan berbagai fihak. Selama ini dari daerah Lahat sendiri belum ada yang menawarkan kerjasama, justru dari daerah lain cukup resfek dengan kegiatan yang dilakukan oleh [KSLS] ini.
Program kerja [KSLS] berjalan sekemampuannya, karena alasan keterbatasan fasilitas dan dana. Namun walaupun demikian apa yang sudah dilakukan, seperti diskusi budaya, kegiatan sastra seperti baca puisi, melukis bersama, membuat cindramata berupa kaos, stiker, VCD puisi, mengikuti berbagai kegiatan sastra di tingkat provinsi ataupun nasional, menerbitkan buku dan mempublikasikan karya sastra terus berlanjut. Semua yang dilakukan ini hanya untuk masyarakat Lahat, dan kami bertekad akan terus mengembangkannya.
Akankah pihak luar itu tertarik untuk berpartisipasi dalam membantu menjalankan program kerja [KSLS] dan melaksanakannya lebih luas lagi. Atau bekerjasama saling menguntungkan baik dalam penelitian atau penyelenggaraan pembinaan seni. Karena pembinaan ataupun berbentuk workshop ini merupakan kegiatan yang sangat dasar, sebagai upaya pegembangan dan keterlibatan masyarakat dalam mengupayakan kelestarian seni budaya itu sendiri.
Banyak perusahaan yang berada di Kabupaten Lahat tetapi yang perduli terhadap seni budaya daerah itu belum kelihatan partisisipasinya. Partisipasi sebagai upaya ikut membangun dan melestarikan seni budaya daerah. [KSLS] siap mengelola dan mengembangkan Community Development (Condev) dari pihak perusahaan yang berada di Lahat untuk ikut berpartisipasi mengembangkan dan melestarikan seni budaya di wilayah Kabupaten Lahat mungkin dengan cara menyumbangkan berupa dana atau berupa kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan berkesenian.
Partisipasi perusahaan yang mengolah sumber daya alam yang ada di Lahat terhadap seni budaya masyarakat atau terhadap kesehatan, fasilitas umum, adalah wajar dan hak masyarakat dan wajib hukumnya bagi perusahaan. Tidak ada pihak perusahaan tambang yang memanfaatkan kelompok kesenian atau ikut menyumbangkan dananya untuk kelangsungan seni budaya daerah di tempat mereka menggali sumber daya alamnya. Ikut membina dan mengembangkan potensi sumber daya manusia sekitarnya.
Terpujilah perusahaan yang ikut mengembangkan sumberdaya manusia disekitar perusahaan itu beroperasi. Perusahaan tidak hanya terus mengekploitasi alam saja tetapi ikut perduli terhadap kesenian daerahnya, baik itu seni tradisi, cagar budaya atau kebudayaan. Tentu tidak menutup kemungkinan bagi berbagai instansi pemerintah, ikut serta membantu.
Penulis: Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan Guru SMA N 1 Merapi Selatan
Oleh Jajang R Kawentar
……………………………….
kaba anak lanang ahapan bapang
bujang bedengkang harus bekundu gedang
jangan bepacak gi mbesakah bajang
kaba dinanti leh behingasnye siang
kaba ditunggu leh kejamnye malam
tantanglah dunie umbang
becalak dikit mangke dek ditujah sandi belakang
ajak kance peluklah kundang
dek kah tetekut himbe dunie leh kaba suhang
kebile sisip mate bepejam kaba kah matek tependam
ame kundu nciut kah kanyut kaba di ayek suhut
Demikian tiga bait puisi terakhir dari puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat karya Yudistio Ismanto yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Bujang Bedengkang.
Buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang yang diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] Lahat Sumatera Selatan bersama CV Sobatindo Kreasi beredar disaat Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III di kota Tanjungpinang Kepulauan Riau 28-31 Oktober 2010. Sebanyak 200 sastrawan yang datang dari berbagai daerah seluruh Indonesia ini ditambah dari berbagai kalangan siswa, mahasiswa, guru-guru serta dosen di provinsi tersebut pada saat acara berlangsung. Ini adalah upaya dari [KSLS] guna memperkenalkan budaya daerah Lahat dalam hal ini sastra berbentuk puisi modern berbahasa Lahat.
Pengenalan budaya Lahat di kancah sastra nasional yang dilakukan [KSLS] ini hiperrealitas, di dunia yang saat ini hanya mementingkan kesan serta seremoni saja, namun pengenalan budaya Lahat ini dilakukan dengan kesadaran dan sangat jelas menuju sasarannya, yakni kepada para pelaku sekaligus motor kebudayaan itu sendiri. Para sastrawan tersebut merupakan agen dari perubahan budaya dan sekaligus ikut memperkenalkan, mengembangkan dan melestarikan seni budaya tersebut. Paling tidak, ikut menginpirasikan kegiatan berkarya sastra berbahasa daerah ini kepada khalayak nusantara.
Kegiatan [KSLS] ini bukan seremonial yang menghabiskan uang Anggaran Perencanaan Belanja Daerah ratusan juta rupiah yang seringkali tidak jelas sasaran serta inputnya, tetapi kegiatan [KSLS] dengan menerbitkan buku kumpulan puisi berbahasa Lahat dan langsung menyebarkannya ini sungguh merupakan pengabdian kepada masyarakat Lahat semata. CV Sobatindo Kreasi merupakan penyumbang dana dalam penerbitan buku kumpulan puisi berbahasa daerah Lahat ini.
Harapan dari [KSLS] ini bahwa masyarakat dunia dapat mengenal lebih jauh terhadap kebudayaan di daerah Kabupaten Lahat, lebih jauhnya mereka mau berkunjung ke kabupaten Lahat, entah itu sebagai pelancong atau mau menyelenggarakan penelitian tentang kebudayaan Lahat ini. Dalam TSI III di Tanjungpinang beberapa hari lalu ada beberapa orang yang tertarik untuk meneliti peninggalan kesultanan Palembang di Lahat, atau meneliti keaksaraan yang berkembang di Lahat ini.
Sesungguhnya tidak hanya seni tradisi yang berkembang di Kabupaten Lahat tetapi peninggalan dari kebudayaan Batu Tua juga sangat banyak, bahkan ribuan batu peninggalan nenek moyang terdapat di Lahat ini. Seandainya banyak yang mau meneliti kekayaan kebudayaan yang terdapat di Lahat ini maka bukan tidak mungkin keagungan Kabupaten Lahat akan kembali berkibar. Sebagai kota tua, kota besar yang sempat jaya dimasanya.
Tentu harus ada upaya dari berbagai fihak baik dari instansi pemerintah, masyarakat dan pelaku seni budaya serta para akademisi atau peneliti yang kompeten, yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan professional. [KSLS] telah membuka jaringan kebudayaan yang luas dan bukan tidak mugkin melakukan kerjasama dengan berbagai fihak. Selama ini dari daerah Lahat sendiri belum ada yang menawarkan kerjasama, justru dari daerah lain cukup resfek dengan kegiatan yang dilakukan oleh [KSLS] ini.
Program kerja [KSLS] berjalan sekemampuannya, karena alasan keterbatasan fasilitas dan dana. Namun walaupun demikian apa yang sudah dilakukan, seperti diskusi budaya, kegiatan sastra seperti baca puisi, melukis bersama, membuat cindramata berupa kaos, stiker, VCD puisi, mengikuti berbagai kegiatan sastra di tingkat provinsi ataupun nasional, menerbitkan buku dan mempublikasikan karya sastra terus berlanjut. Semua yang dilakukan ini hanya untuk masyarakat Lahat, dan kami bertekad akan terus mengembangkannya.
Akankah pihak luar itu tertarik untuk berpartisipasi dalam membantu menjalankan program kerja [KSLS] dan melaksanakannya lebih luas lagi. Atau bekerjasama saling menguntungkan baik dalam penelitian atau penyelenggaraan pembinaan seni. Karena pembinaan ataupun berbentuk workshop ini merupakan kegiatan yang sangat dasar, sebagai upaya pegembangan dan keterlibatan masyarakat dalam mengupayakan kelestarian seni budaya itu sendiri.
Banyak perusahaan yang berada di Kabupaten Lahat tetapi yang perduli terhadap seni budaya daerah itu belum kelihatan partisisipasinya. Partisipasi sebagai upaya ikut membangun dan melestarikan seni budaya daerah. [KSLS] siap mengelola dan mengembangkan Community Development (Condev) dari pihak perusahaan yang berada di Lahat untuk ikut berpartisipasi mengembangkan dan melestarikan seni budaya di wilayah Kabupaten Lahat mungkin dengan cara menyumbangkan berupa dana atau berupa kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan berkesenian.
Partisipasi perusahaan yang mengolah sumber daya alam yang ada di Lahat terhadap seni budaya masyarakat atau terhadap kesehatan, fasilitas umum, adalah wajar dan hak masyarakat dan wajib hukumnya bagi perusahaan. Tidak ada pihak perusahaan tambang yang memanfaatkan kelompok kesenian atau ikut menyumbangkan dananya untuk kelangsungan seni budaya daerah di tempat mereka menggali sumber daya alamnya. Ikut membina dan mengembangkan potensi sumber daya manusia sekitarnya.
Terpujilah perusahaan yang ikut mengembangkan sumberdaya manusia disekitar perusahaan itu beroperasi. Perusahaan tidak hanya terus mengekploitasi alam saja tetapi ikut perduli terhadap kesenian daerahnya, baik itu seni tradisi, cagar budaya atau kebudayaan. Tentu tidak menutup kemungkinan bagi berbagai instansi pemerintah, ikut serta membantu.
Penulis: Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan Guru SMA N 1 Merapi Selatan
Dialog Malam Joe Patrick dengan Puncak Peradaban
Dialog Malam Joe Patrick dengan Puncak Peradaban
Selamat malam pak!
02:42
ya selamat malam, apa pagi ya hehe
02:42
hahahaha....
iya pak....
pak,apakah saya boleh bertanya tentang sastra k bapak?
02:45
tentu boleh, kenapa
02:46
banyak yang mkengtakan bahwa berpuisi itu adalah kebebasan, terus bagai mana menurut bapak
02:51
ya kebebasan dalam mengungkapkan segala sesuatu, yang kita rasakan, yang kita pikirkan, atau merupakan gagasan dan yang kita lakukan melalui kata2 kita sendiri, dengan kata2 yang bisa mewakili diri kita, menurut pemikiran serta gagasan kita
02:54
mmmm....untuk saya sebagai pemula,apakah ada saran untuk saya kedepannya pak?
karena saat ini saya mulai merasakan kenikmatan (curhat) dalam puisi!
meskipun kata2 sya masih berantakan :)
02:59
ikutilah falsapfah hidup kita, dari tidak ada menjadi ada, dari rahim ibu hingga beranjak melalui tahapan2nya hingga ke rahim bumi
tetapi tetap kita harus banyak bertanya, membaca buku, mendengarkan orang dari kecil hingga besar, melihat sesuatu yang terbaik hingga yang terburuk,
karena ini kebebasan, cara pandangnyapun harus berdasar azas kebebasan
jangan kaku
dan terus berkarya tiada henti
untuk mengejar ketertinggalan
kenapa orang lain sudah berada di tingkat lebih tinggi
ya karena perjalanan yang juga dilalui melalui ilmu
03:05
Baik pak,masukan bari bapak sangat berarti untuk saya,terima kasih yang sebesar2nya.
tandus ini merasakan hujan mendekati....
1 lagi pak!
apakah saya boleh menandai bapak di puisi2 saya
mungkin jika ada senggang,bapak bisa memberi masukan
" pada langit bumi ini berharap"
03:08
tentu
karena itu sebagai tanda silaturahmi
kami disini masih juga belajar dengan siapapun yang mau berbagi pengalaman
03:11
Baik pak,sekali lagi terima kasih!
"dan ruh ini mendapat teduh"
03:12
semoga bermanfaat ya
03:13
amin!!!
saya permisi dulu pak!
03:13
ok
pagarsari, Nopember 2010
Selamat malam pak!
02:42
ya selamat malam, apa pagi ya hehe
02:42
hahahaha....
iya pak....
pak,apakah saya boleh bertanya tentang sastra k bapak?
02:45
tentu boleh, kenapa
02:46
banyak yang mkengtakan bahwa berpuisi itu adalah kebebasan, terus bagai mana menurut bapak
02:51
ya kebebasan dalam mengungkapkan segala sesuatu, yang kita rasakan, yang kita pikirkan, atau merupakan gagasan dan yang kita lakukan melalui kata2 kita sendiri, dengan kata2 yang bisa mewakili diri kita, menurut pemikiran serta gagasan kita
02:54
mmmm....untuk saya sebagai pemula,apakah ada saran untuk saya kedepannya pak?
karena saat ini saya mulai merasakan kenikmatan (curhat) dalam puisi!
meskipun kata2 sya masih berantakan :)
02:59
ikutilah falsapfah hidup kita, dari tidak ada menjadi ada, dari rahim ibu hingga beranjak melalui tahapan2nya hingga ke rahim bumi
tetapi tetap kita harus banyak bertanya, membaca buku, mendengarkan orang dari kecil hingga besar, melihat sesuatu yang terbaik hingga yang terburuk,
karena ini kebebasan, cara pandangnyapun harus berdasar azas kebebasan
jangan kaku
dan terus berkarya tiada henti
untuk mengejar ketertinggalan
kenapa orang lain sudah berada di tingkat lebih tinggi
ya karena perjalanan yang juga dilalui melalui ilmu
03:05
Baik pak,masukan bari bapak sangat berarti untuk saya,terima kasih yang sebesar2nya.
tandus ini merasakan hujan mendekati....
1 lagi pak!
apakah saya boleh menandai bapak di puisi2 saya
mungkin jika ada senggang,bapak bisa memberi masukan
" pada langit bumi ini berharap"
03:08
tentu
karena itu sebagai tanda silaturahmi
kami disini masih juga belajar dengan siapapun yang mau berbagi pengalaman
03:11
Baik pak,sekali lagi terima kasih!
"dan ruh ini mendapat teduh"
03:12
semoga bermanfaat ya
03:13
amin!!!
saya permisi dulu pak!
03:13
ok
pagarsari, Nopember 2010
Langganan:
Postingan (Atom)