Senin, 13 Desember 2010

SASTRA LEMATANG ITU BERHEMBUS DARI LEMBAH SERELO






Oleh Jajang R Kawentar
Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] berada di puncak bukit Desa Pagarsari Kabupaten Lahat. Dibangun sekitar tiga tahun lalu, dimana [KSLS] ini masih kesinambungan dengan Akademi Sastra Palembang [ASAP] yang berdiri pada tahun 2005 dan [ASAP] sendiri kelanjutan dari Sanggar Air Seni [SAS] Palembang yang telah menerbitkan Antologi Puisi Catatan yang Hilang karya Anton Bae, Buku Peler Negriku, antologi Puisi Martil, antologi Puisi Silat Lidah karya Jajang R Kawentar dan antologi puisi bersama Sahabat Datang dengan Cinta karya Siswa SMA Pusri Palembang.
Anggota aktif [ASAP] Dahlia, Arimbi, Pinasti S Zuhri, Anton Bae, Pipit Hendra, dan Soufie Retorika. Beberapa orang yang juga aktif dalam aktifitas ASAP sebut saja; Handayani; Rendi Fadilah, Nurahman; Purhendi; beberapa penyair tamu: Acep Zamzam Noor, Raudal Tanjung Banua, T. Wijaya, Iwan Soekri Munaf, Efvhan Fajrullah, Bambang Suroboyo (pelukis), Ilham Khoiri (wartawan Kompas). Buku yang telah diterbitkan [ASAP] Purnama di Jembatan Ampera karya Pinasti S Zuhri, Antologi Puisi 1001 Tukang Becak Mengejarku karya Taufik Wijaya, Buku Di Balik Itu Ada Juga yang Luka karya Ocop Akar dan yang belum sempat dibukukan adalah puisi karya Syamsu Indra Usman.
Sering kali kegiatan dilakukan di Kambang Iwak Palembang sebelum berubah menjadi plaza seperti saat ini. [ASAP] masih di Palembang dan kepulannya bersama saya menjadi Komunitas Sastra Lembah Serelo di sebuah desa pinggiran yang berada di Kabupaten Lahat. Lama mencari orang yang ingin bergabung belajar mengenai sastra. Kemudian Pinasti S Zuhri dari Palembang menyusul kembali bergiat di [KSLS].
Sesungguhnya Kabupaten Lahat kaya akan sastra tuturnya, namun saat ini sastra tutur itu mengalah karena sudah banyak siaran televisi yang menggantikan ceritera sastra tutur yang biasa dituturkan penuturnya. Generasi sastra tutur itu juga sudah sulit ditemukan. Hanya gitar tunggal masih bisa dinikmati pada acara tertentu, itupun jarang. Apalagi para penulis puisi boleh dibilang tidak ada, kecuali menulis karena kebutuhan tugas atau lomba saja hal ini dikatakan ketua Dewan Kesenian Lahat, Ismeth Inonu.
[KSLS] didirikan bukan semata karena tidak adanya generasi penyair atau sastrawan akan tetapi karena keprihatinan akan seni budaya daerah atau seni tradisi yang kian tak lagi digeluti, karena faktor perubahan zaman. Setidaknya kami bisa mengungkap sejarah atau ceritera, seperti pepatah, pantun, atau silsilah puyang, aktifitas kesenian masa lampau dan selebihnya kalu ade jeme Lahat yang mau diajak menuju jalan yang benar (belajar sastra).
[KSLS] memiliki program utamanya menggairahkan kehidupan sastra daerah, cenderung mengangkat tema-tema lokal, menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ungkapnya, cerita rakyat, dan mendokumentasikan bahasa lahat, pepatah bari dan menelusuri peninggalan seni budaya daerah. Kegiatan rutinnya berupa diskusi berbagai persoalan aktual atau bedah karya.
Selain itu [KSLS] melakukan program penerbitan, buku yang sudah diterbitkannya Antologi Puisi Bujang Bedengkang yang berisikan puisi berbahasa Lematang dengan bahasa Indonesia, karya Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Sementara buku lain yang siap diterbitkan antologi puisi bahasa Lematang Kekibang karya Yudistio Ismanto, Antologi puisi Perampok Lembah Serelo karya Jajang R Kawentar dan Antologi cerpen Anak Kapak karya Pinasti S Zuhri.
[KSLS] tidak hanya mencipta puisi tetapi menyelenggarakan kegiatan seperti pertunjukan, Melukis Bersama dan Parade Puisi, Ngamen Puisi Wiji Thukul di beberapa sudut kota Lahat, dan baca puisi dalam rangka pengumpulan dana untuk korban Merapi dan Mentawai. Kami juga akan menyelenggarakan seminar bahasa daerah dalam membangun kareakter generasi muda. Kami yakin bahasa daerah akan menumbuhkan rasa nasionalism dan kecintaan terhadap seni budayanya.
Sebagai warga Kabupaten Lahat dan warga Indonesia yang belajar sejarah dan budaya, maka kami harus mengangkat dan mengembangkan seni budaya daerah dimana kaki dipijak dan langit dijunjung ini. Harapannya masyarakat yang tidak pernah menulis sejarah kebudayaannya maka sejak [KSLS] bergerak maka masyarakat akan memulai menulis. Hal ini kami sebut dari tradisi lisan beralih ke tradisi tulisan. Dengan demikian terjadilah perubahan mendasar dalam cara pandang masyarakat terhadap sejarah, nilai intelektual atau nilai sebuah karya. Mungkin ini adalah lebay, tetapi ini adalah mimpi yang selama ini kami pupuk, dan kami selalu berdoa dan tuhan mengabulkan doa kami ini.

Selasa, 30 November 2010

PANTUN-PANTUN SAINS FISIKA SD/SMP/SMA (MARET 2010) DAN PANTUN NASEHAT (BUNGA RAMPAI)

Oleh

Hamdi Akhsan



TOPIK 3 : GAYA



Setelah sholat kita memohon,

seperti orang bermeditasi.

Sebab buah jatuh dari pohon,

semua karena gaya gravitasi.



ke lapau mencari benang,

benang dipakai jahit kupiya.

kalau bendanya tetap tenang,

itu pertanda tiada gaya.



sepeda jatuh karena kedukan,

kedukan diambil dari selaya.

setiap benda berubah kedudukan,

karena akibat adanya gaya.



bersikat setelah makan nasi,

habis bersikat mesti berkumur.

contoh hukum aksi-reaksi,

seperti narik timba di sumur.



TOPIK : GERAK

Yasinan bersama dusun makarti,

bawa rombongan terus bertambah.

Yang membuat benda berarti,

karena ada gerak berubah.



seruling ulu ribang kemambang,

ditiup oleh bujang merasi.

siswa jangan ragu dan bimbang,

gerak jatuh bebas karena gravitasi.



jarum jam berputar-putar,

karena bandul bergetar-getar.

gerak yang bergelung seperti ular,

pasti namanya gerak melingkar.



TOPIK : VEKTOR

panglima datang memberi saran,

saran bagus bagi yang dipertuan.

skalar itu punya besaran,

kalau vektor punya besaran dan satuan.



cacing takut tergilas traktor,

bunyinya nyaring berdentum-dentum.

contoh yang bagus untuk vektor,

adalah gaya dan momentum.



ke kampus bersama naik motor,

motor diparkir biar terurus.

kalau digabung dua vektor,

carilah akar kuadrat cosinus.



BESARAN DAN SATUAN

Diawal sulit tidak mengapa,

seperti mengukir diatas batuan.

Kalau ananda belajar IPA,

dimulai dari besaran dan satuan.



berpohon satu sampai berbuah,

itulah sifat tanaman bulanan.

Besaran itu adanya dua,

ada yang pokok ada yang turunan.



di payakumbuh ada situjuh,

tempat orang membuat rokok.

besaran pokok ada tujuh,

besaran turunan anaknya pokok.



diawal hidup manusia hampa,

seperti mengukir diatas batuan.

Kalau ananda belajar IPA,

dimulai dari besaran dan satuan.



berpohon satu sampai berbuah,

itulah sifat tanaman bulanan.

Besaran itu adanya dua,

ada yang pokok ada yang turunan.



sekam dibuang tidak mengapa,

tapi jangan dibung asal.

sudahi dulu urusan IPA,

nanti urusi ilmu sosial.



PANTUN NASEHAT MARET (BUNGA RAMPAI)



Berburu rusa ke padang jati,

sambil berkemah membawa beras.

Kalau mau jadi pria sejati,

hendaklah selalu bekerja keras.



bertanam sayur di kebun jati,

itulah kerja para petani.

bukan termasuk pria sejati,

suami yang suka memukul istri



Gadis minang bernama zaleha,

merintih sakit tertusuk duri.

jangan hidup berleha-leha,

biar terjaga harga diri.



menulis buku pakailah pena,

untuk disimpan jadi kenangan

dunia ini hanyalah fana,

semua hanya untuk kesenangan.



ikan belida dimakan dara,

kurang teliti durinya lekat.

ingatlah selalu wahai saudara,

kematian telah semakin dekat.



anak nelayan pergi melaut,

berbekal dayung membawa kikir.

agar dimudahkan sakaratul maut,

basahi selalu lidah dengan zikir.



anak seriti pandai berenang,

mengajak itik untuk belajar.

agar hati selalu tenang,

bacalah quran diwaktu fajar.



anak dara mandi di ulu,

memakai sabun semerbak bunga.

adzan subuh bertalu-talu,

mengapa dikau menutup telinga.



bergantung pigura dikait paku,

membingkai foto indah warnanya.

beruntung engkau wahai saudaraku,

saat subuh bergegas menghadapNya.



anak dara ziarah ke makam,

terasa sedih meratapi diri,

air diminum rasa sekam,

nasi dimakan rasa duri.



lukisan batu dari pahatan,

dibuat seniman setiap masa.

luka yang tidak kelihatan,

darah mengalir baru terasa.



ogan kiri airnya hangat,

ogan kanan airnya dingin.

berjuang hidup harus semangat,

walaupun terhalang banyaknya ingin.



mencari obat jangan ke dukun,

carilah obat yang dibenarkan.

mencari hidup haruslah tekun,

jangan lupa kepada Tuhan.



harimau rimba raja kuasa,

didampingi gajah sebagai menteri.

siang mencari malam usaha,

untuk masa depan anak dan istri.



pagi sabtu ke tanjung sakti,

tempatnya jauh di bukit barisan.

pergi merantau berhati-hati.

jagalah lidah dan perasaan.



Inderalaya,26 November 2010

Al Faqir

PANTUN-PANTUN PEMBELAJARAN SAINS-I

PANTUN-PANTUN PEMBELAJARAN SAINS-I (1-15 MARET 2010)

(Fisika Modern,Fluida,Listrik Magnet,Momentum,Gaya, Tubuh Manusia, dan lain-lain)



Oleh

Hamdi Akhsan



PANTUN FISIKA MODERN



Beli radio merk politron.

radio dibeli untuk didenger.

Untuk tahu prilaku elektron,

belajar persamaan Schroedinger.



lubuk dalam dirantau alai,

kesana pemancing berekreasi.

lambang garpu adalah swanilai,

karenanya harus ternormalisasi.



sang guru mengajar organisasi,

untuk pengurus osis disitu.

supaya garpunya ternormalisasi,

buat integral kuadratnya satu.



ke pasar tuan membeli peti.

untuk dipakai menyimpan beras.

kalau tuan sudah mengerti,

uraikan persamaan partikel bebas.



TOPIK : TUBUH MANUSIA.

tempe dimasak didalam wadah,

sebagai bekal berburu rusa.

tahukah ananda fungsi lidah?

sebagai alat pengecap rasa.



jauh sawah bertanamam padi,

padi ditanam dikampung bali.

jalur utama pembuluh nadi,

pembuluh balik jalur kembali.



cahaya mentari datangnya pagi,

mentari siang panas menggelitik.

cara mekanik dikunyah gigi,

memindahkan di usus gerak pristaltik.



mang ujuk makai seluar kuning,

seluar dipakai main tamia.

masuk mulut putih keluar kuning,

itu karena reaksi kimia.



kabar da'jal sudah tertentu,

akan sebarkan hawa amarah.

kalau ginjal sudah berbatu,

air kencingpun bercampur darah.



air kelapa membikin lemas,

menjadi medium malaria tumbuh.

airmata anda jadi pelumas,

melindungi dari gesekan tubuh .



hutan paling luas di kalimantan,

di hutan banyak laba-laba,

apa fungsinya tangan,

tangan berguna untuk meraba.



dihutan bernyanyi burung budbud,

bernyanyi pilu terdengar sedih.

dikepala akang dikasih rambut,

biar otak tidak mendidih.



singa gurun wataknya ganas,

raja rimba dianggap enteng.

selain untuk pelindung panas,

rambut bikin si akang ganteng.





TOPIK 3 : TUBUH MANUSIA,

suara mercon bunyinya nyaring,

dipakai untuk mengambil madu.

supaya racun bisa disaring,

diberi kita sepasang empedu.



Bertapa malam di situ gintung,

berlomba terbang si kelelawar.

betapa pentingnya guna jantung.

memompa darah masuk keluar.



pencuri di arab dihukum dera,

mata ditutup cambuk menggelegar.

fungsi dari dua panca indera.

mata melihat telinga mendengar.



ke pasar pergi membeli bubur,

bubur ditamakan pada jam tujuh.

kalau mata sudah kabur,

mamang pake kacamata jauh.



jalan kaki ke pedataran.

masuk jalan harus berjejer.

jangan tuan merasa heran,

masuk genjer keluar genjer.



terong dimasak campur tahu,

dikasih potongan daging ati.

tolong ajari mereka yang tahu,

beda sakit lever dan sakit hati.



RANTAI MAKANAN, KOMUNITAS & SIMBIOSIS.

kalau berkemah memasang tenda,

tenda dipasang di halaman.

Kalau tikus sudah tiada,

alamat dapur ibu tak aman .



membuat tapai dengan ragi,

ragi ditumbuk ditebar rata.

mengapa elang tiada lagi,

ribuan tikus habis dibunuh.



seruling kereta ada didepan,

berbunyi nyaring sampai terkejut.

saling memakan dalam kehidupan,

rantai makanan itu disebut .



seiring malam mentari redup,

seram terdengar suara burung butbut

saling untungkan antar yang hidup,

simbiosis mutualisme itu disebut.



sifat lumut di hutan basah,

hidupnya seperti hewan pemalu

sifat hidup yang getah basah,

itulah contoh tanaman benalu.



layang-layang terbang di angkasa,

menembus hujan yang memancur.

cakar elang yang perkasa,

mencabik makanan sampai hancur.



kangen kelapa diambil naik,

jatuh setandan berkaparan.

kalau tiada kerbau yang baik,

burung jalak akan kelaparan.



CIRI MAKHLUK HIDUP TERTENTU

hiasan akhlak dak pernah lekang,

memandang manusia sama rata.

Hewan yang punya tulang belakang,

mamang panggil dia VERTEBRATA.



ke pasar membeli tikar selembar,

tikar dipakai tidur anak.

kalau hewan berkuping lebar,

pasti berkembang dengan beranak.



kalau tuan pergi ke hulu,

jangan lupa membawa tikar,

kalau beranak dari dahulu

disebut dengan hewan vivivar.



ciamis tanahnya rata,

berkelok jalan ke cisarua.

ciri utama vertebrata,

berkaki empat beranak jua.



burung belibis terbang tinggi,

menembus awan ke selatan,

beruang es digolongkan lagi,

sebagai hewan pemakan ikan.



ke pasar membeli minyak samin,

habis dipakai dimasak nyonya.

kalau ada yang ganti kelamin,

hewan belut contoh makhluknya.



kalau ujian jangan mengepek,

mengepek itu jelek hasilnya.

kalau pengen makan mpek-empek,

olahlah ikan pisces kerennya.



kalau ngantuk suka menguap,

terasa ngobrol jadi lama.

kalau tuan bisa menjawab,

tolong jelaskan gunanya tuma.



TOPIK : FISIKA MODERN (LANJUTAN)

Ujian kertas membuat jengkel,

sampai dirumah dibahas lagi.

Urusan dualitas gelombang partikel,

semua bagiannya relasi de broglie.



tertabrak mobil saat maraton,

berubat mahal walau gamang.

tabrakan elektron urusan compton,

tapi pantun urusan mamang.



dunia pantun tak ada intrik,

rakyatnya senang tidak monoto.

dijelaskannya efek foto listrik,

rasanya dengan energi foton.



komik bagus pahlawan panthom,

cerita hebat jadi hiburan.

kalau anda mau tau inti atom,

pelajari rutherford punya hamburan.



membeli teve merek politron,

teve dipakai untuk menghibur.

mau tau energi elektron?

bertanya langsung pada Neils Bohr.



dikejar ngebut jery oleh Tom,

lari ngacir didalam rumah.

dimana fungsi kulit atom,

disebut bilangan kuantum utama.



Ke pasar membeli kain batik,

mendapat kain merek tetoron.

bicara bilangan kuantum magnetik,.

muncul karena orbital elektron.



nyaring suara mulut si tuli,

ditempat jauh terdengar samar.

itulah bunyi prinsip pauli,

tidak ada dua elektron sekamar.



TOPIK 10 : FISIKA MODERN .

Kala Otonomi serba pintas,

Urusan banyak di kabupaten.

Kalau bertanya tentang relativitas,

Monggo langsung ke mbah einsten.



Dari rumah berdandan keren,

membawa anak yang keseleo.

Darimana membahas fisika moderen,

mulai dari transformasi gallileo.



celoteh anak ramai dikanal.

ada kursus untuk menggambar.

contoh kenisbian waktu terkenal,

adalah kasus paradox kembar.



membaca komik pahlawan panthom,

memiliki tenaga sekuat beton,

membahas tentang struktur atom,

mulailah dari donatnya dalton.



enak rasanya pindang ikan,

ikan diasam biar kesat.

ernest ruterford sudah buktikan,

inti berkumpul dititik pusat.



bergaruk gatal karna alergi,

alergi dengan anak jangkrik.

bagaimana foton berenergi,

diterapkan pada efek fotolistrik.



TOPIK 9 : MAGNET

Mendownload data pergi ke warnet,

warnet asing untuk petani.

Secara ilmiah disebut magnet,

magnet di kampung besi berani.



kawan iblis adalah setan,

setan mengajak dengan kreatif.

kutubnya magnet utara selatan,

bukan kutub positif negatif.



manis bubur bernama dawat,

dimakan dengan gula likat.

medan magnet disekitar kawat,

dinamakan hukum biot-savart.



harum parfum abege genit,

melenggak lenggok badannya kurus.

hukum lorentz tentang magnit,

membahas tarikan kawat berarus.



ayam betina berputar genit,

dekati jago yang masih muda.

ada beberapa bentuk magnit,

jarum batang dan tapal kuda.



harapan dicapai dengan militansi,

kerja keras jadi promotor.

hambatan lilitan disebut induktansi,

kapasitansi hambatan dalam kapasitor



TOPIK: SUHU DAN KALOR,



adik menunggu di penantian,

kapan kanda pulang ke hilir.

anda bertanya tentang pengertian,

Kalor adalah panas yang mengalir.



berburu nasib di negeri hilir,

itulah alasan dak mau balek.

bagimana prinsip panas mengalir,

itulah landasan dari azas black.



saat sholat hamba bersujud,

sujud memohon sambil bertaubah.

saat benda berubah wujud,

suhunya tidak bisa berubah.



beli telor untuk dimakan,

telor dimakan dengan teratur.

besarnya kalor yg diperlukan,

tergantung massa, kalor jenis, dan temperatur.





timbang cuka ditukar behas,

behas dimasak sayur ditumis.

termo dinamika akan membahas,

topik fluida statis dan dinamis.



cemara ditanam dihutan jati,

tebang sebatang untuk digesek.

ciri utama fluida sejati,

terkena dinding tidak bergesek.



anak ulat hinggap dibahu,

terbang dibawa angin senja.

apakah alat pengukur suhu,

termometer pasti namanya.



dataran tinggi airnya tawar,

diambil dari batu menitis.

kalau panas tidak keluar,

dinamakan orang reaksi adiabatis.



lain jalan ke sukapindah,

satu jalur ke ke sungai musi.

lain lagi kalau zat berpindah,

selalu dipakai istilah konveksi.



berperahu ke ulu musi,

perahu sama warna seragam.

berikut sifat aliran konduksi,

panas mengalir melalui logam.



ke ladang pergi membawa motor,

motor di tinggal di tendikat.

kata orang barat isolator,

isolator artinya adalah penyekat.



LANJUTAN LISTRIK.

santai bersama duduk di emper,

emper dari bambu yang kuat.

satuan arus adalah amper,

satuan daya adalah watt.



kolom dan baris ciri matriks,

itu matematika yang essensial.

berapa besarnya daya listrik,

tergantung arus dan potensial.



pangeran pergi dikawal cantrik,

pergi diawal musim dingin.

gimana bentuk energi listrik,

seperti contoh kipas angin.



belajar keras dimalam sunyi,

diiringi ole suara jangkrik.

bel adalah energi bunyi,

dirubah dari energi listrik.



anak gadis berbaju abang,

sama dengan warna seluar.

arus yang masuk ke suatu cabang,

sama saja dengan arus keluar.



TOPIK 7 : LISTRIK

kerajaan penuh dengan intrik,

anak raja pindah ke hilir.

kenapa ada arus listrik,

akibat muatan yang mengalir.



berhuma padi diulu dusun,

ke ulu dusun setengah hari.

bagaimana rangkaian disusun,

rangkaian disusun paralel dan seri.



ke sumur dengan ember berpegangan,

ember dicebur dgn terbalik.

kalau bertanya sumber tegangan,

ada searah & bolak-balik.



tukang becak memasang lotere,

lotere dipasang dapat motor.

sumber listrik searah adalah batere,

sumber listrik bolak-balik generator.





diilir dusun pedataran,

tempat orang berjual piring.

supaya jangan kebakaran,

jangan lupa memasang sekering.



TOPIK VI ; GETARAN DAN GELOMBANG.



genta dibeli hari selasa,

dipakai menghibur hati yang bimbang.

Getaran itu adalah pulsa,

bila beruntun jadi gelombang.



menjadi bimbang karena kesal,

kesal kepada pemuda binal.

menjalar lurus gelombang transversal,

melebar itu longitudinal.



rahwana pergi menculik sinta,

sinta dibawa ke negeri respati.

mengapa orang jatuh cinta,

karena adanya resonansi hati.



gadis membeli pernak-pernik,

untuk dipakai supaya cantik.

gelombang radio contoh mekanik,

cahaya gelombang elektro magnetik.



dimobil baru terasa keren.

gaya seperti selebritas.

dalam kajian fisika moderen,

gelombang punya sifat dualitas.



berlari dengan kuda serenggi,

ditembak pemburu berdentum-dentum.

bagi penggemar fisika tinggi,

gelombang dibahas mekanika kuantum .



sejuk terasa air bening,

untuk mencuci benda pusaka.

supaya jangan tambah pening,

sudahi dulu pantun fisika



Inderalaya, 23 November 2010

Al Faqir

Sabtu, 27 November 2010

PANTUN MEMANTUN HAMDI AKHSAN

HAMDI AKHSAN

PANTUN JELANG RAMADHAN


ikan pelikan memakan tuba,

tapi ikan dalam perigi,

Bulan ramadhan segera kan tiba,

berkurang umur setahun lagi.





Petang-petang pergi ke taman,

tamannya indah rapi dan bersih.

Puasa bagi orang beriman,

bagai menyambut datangnya kekasih.



Jembatan patah jalannya putus,

dilanda dahsyat air mengalir.

Jalani ramadhan dengan tulus,

bagaikan bayi yang baru lahir...



Jelatang pohon yang tak berduri,

seperti kudis gatal melanda.

Jadikan siang menahan diri,

malampun habis untuk ibadah.



Sepuhan emas bukan suasa,

dipakai orang berhias diri.

Sebelum mulai hari puasa,

bersihkan hati bermaaf diri.



Bahan pulut dari kendari,

dipakai tangkap burung piaraan.

Menahan mulut disiang hari,

malam diisi baca alquran.



‎Sabang tetangga dengan malaysia.

rakyatnya baik berbudi santun.

Abang hanya orang biasa,

mengajar fisika senang berpantun.



Orang aceh pergi berjihad,

tinggalkan keluarga beserta harta.

Bukanlah remeh pantun sahabat

terpenggal rasa berisi kata.



Orang dusun pergi haji,

membawa ikan dan sambal basah ,

Kata tersusun rapi terpuji,

itulah tanda budi bahasa.



Tertegun paman depan beranda,

hatinya sedih burungnya mati.

Ciumlah tangan ayah dan bunda,

agar ramadhan jadi berarti.



Orang ogan pergi menuba,

ikannya mati anaknya mati,

Bulan Ramadhan segera kan tiba,

jadikan ia penerang hati.



Menebang buluh untuk belandar,

buluh disusun di pinggir jalan.

Moga bertemu Lailatul qodar,

agar berbalas seribu bulan.



PANTUN NASEHAT SIANG



Tebing terban longsor pun tiba.

hilanglah rumah kebun binasa.

Ketika uban mulai bertambah,

pertanda umur dekati masa.



Benderang hilang mentari redup,

habislah siang malampun datang.

Ramadhan penerang hati yang hidup,

memberi bekal diri sebatang.



Orang dahulu pernah berpesan,

teteskan mata kala berpinta.

Agar Allah beri kasihan,

dihari kelak tak menderita.



Berandai-andai bukanlah pesan,

karena bisik dari sang iblis.

Orang yang pandai pantunnya lisan,

tapi mamang cuma menulis.



Beras solok masaknya basah,

enak dimakan enak dibubur.

Beramu kata halus terasa,

nasehat dapat hati terhibur.



Pahlawan Melayu itu Hang Jebat

tegaknya gagah pegang bendera.

Pantunku ini tidaklah hebat,

bak setetes air ditengah samodra.



Mencari ikan dalam telaga,

ditiup angin layar berkibar.

Menahan lapar serta dahaga,

berbuah pahala menambah sabar.



Orang melayu pergi ke Mekkah,

belajar ilmu pulang kembali.

Mata yang sayu allah kan suka,

Haus dan lapar akan dibeli.





PANTUN ANAK JUMAT.

Anakku...

Habis cangkir muncullah gelas,

minum digelas jangan dijilat.

Hari sudah pukul sebelas,

sebentar lagi kita kan sholat.





Wadah kendi simpan dibalai,

airnya dingin mirip selasih.

Pergi mandi janganlah lalai,

biar badanmu sehat dan bersih.



Perigi dicampur bahan obat,

agar penyakit tidak bersemi.

Pergilah sholat jangan terlambat,

doakan selalu ayah dan umi.



Belibis singgah di pohon cermin,

tepi hinggapnya runtuhlah bulu.

Sehabis jumat jangan bermain,

tapi gantilah baju dahulu.



Indah misai si tukang jamu,

memakai berkap diseterikakan.

Setelah selesai ganti bajumu,

ambillah piring pergilah makan.



Keladi dimakan anak tempua,

setelah tak ada makanan lain

Ketika makan bacalah doa,

setelah itu baru bermain.





PANTUN PERSAUDARAAN.





Terkulai patah si batang sukun,

ikutlah roboh pohon paria.

Wahai sahabat penggemar pantun,

mari bersahut gembira ria.



Ranting kemumu gugur setangkai,

tumbuh kembali di musim semi.

Saling bertemu kata dirangkai,

agar tersambung silatu rahmi.



Meramu rotan dibuat tali,

diikat kuat ke batang ara.

Mari dijaga budaya asli,

agar bersatu se nusantara.




Pualam licin jalan dituntun,

bila terjatuh bisa terluka.

dimalam sepi kutulis pantun,

penghibur hati penghilang duka.



Bulan terang hilangnya pagi,

walau pun pada bulan purnama.

Didalam senang kita berbagi,

ketika sedih kita bersama.



Pergi berladang ke tanah tinggi,

padi ditanam dimakan kera.

Dalam lapang kita berbagi,

berbagi pada sesama saudara.



Orang ulu pergi berdagang,

membeli baki menjual para.

Sejak dahulu orang berdendang,

menghibur hati mengusir lara.



Menyeberang ke huma di ulu kedatun,

sambil menjala dapatlah patin.

Berbagi bersama di dunia pantun,

tajamkan rasa kuatkan batin.



Anak elang tinggal di tebing,

tebingnya terjal di gunung sunyi.

Sambil bergandeng saling membimbing,

niscaya pantun indah berbunyi.



Durian jatuh harum baunya,

diambil malam dikupas pagi.

Beragam pantun indah bunyinya,

beruntai kata kita berbagi.



Serangga malam keluar larut,

pergi bersama seia sekata.

Karena malam semakin larut,

kita berdoa pejamkan mata.





Terbang pagi burung pelatuk,

menuju ke arah hembusan angin.

Bangun pagi mata mengantuk,

mengambil wudhu menembus dingin.



Alangkah hitam si burung gagak,

tampak sendiri hinggap di bilah.

Ambillah takbir berdiri tegak,

hadapkan diri kepada Allah.



Terlalu rendah sangkar tempua,

diatas tanah bisa dicari.

Sehabis subuh mari berdoa,

agar berguna usia diri.



Pergi ke ogan bawa telasan,

dipakai orang tuk mandi pagi

Dunia ini bagai hiasan,

hadir sebentar dilepas lagi.



reduplah cahya di tanah bengali,

karena hilangnya adab yang santun.

hidup didunia hanya sekali,

tinggalkan amal seribu tahun.



Dari bindu ke Raksa Jiwa,

pergi berhanyut menarik arat.

Rindunya rasa rindu dijiwa,

kelak kan jumpa di alam akherat.



Bukanlah tuba tapi selasih,

dipakai makan tuk lalap nasi.

Ramadhan tiba bagai kekasih,

ketika pergi kan ditangisi.



Gugur-gugurlah sendayang patah,

jangan menimpa sarang seriti,

.Sabar-sabarlah dan jangan patah,

sebentar kita sudah kan mati.



Berkebun lada di sekapak,

mengambil lada mesti berdiri.

Bertanya ananda kabar bapak,

susah senang telan sendiri.



Sibuk berkicau burung titiran,

tak sadar sayap terkait duri.

Fesbuk cuma untuk hiburan,

lupakan sejenak penatnya diri.



Burung dikenal karena kicauan,

suara indah jika berbunyi.

Sholat itu untuk pakaian,

agar hidup selalu dilindungi.





PANTUN NASEHAT





Bunga sekuntum disiram ujan,

indah rupanya harum niscaya.

Sekali lancung dalam ujian,

seumur hidup orang tak percaya.



ingin kuambil bayam seikat,

ditaruh apik dalam bungkusan.

Hidup mulia karena sifat,

jadi kenangan jadi tangisan.



Pergi ke pekan di negeri lintau,

belilah sebungkus kue bika.

Jadikan bekal dalam merantau,

buatlah orang menjadi suka.



Ke Pariangan di malam buta,

naik kereta membawa barang.

Ringankan tangan rendahkan kata,

niscaya jadi kenangan orang.



Kalau tuan pergi ke surau,

jangan lupa bersihkan diri,

agar senang bapak penghulu.

Kalau tuan pergi merantau,

Sanak cari saudarapun cari,

induk semang cari dulu.



Mengayuh biduk hendaklah pintar,

agar tak miring arah biduknya.

Banyak merunduk tidaklah sukar,

pintar berakal banyak gunanya



Ahli bertukang orang meranjat,

yang pandai besi di tanjung dayang.

Orang yang tua harus dihormat

yang muda juga tetap disayang.



Belajar mengaji ke sungai pinang,

balik sebentar ke tanjung gelam.

Budi yang baik akan dikenang,

berita buruk mesti dipendam.



Terbang keluang di malam buta,

Kembali lagi fajar menjelang.

Berhati-hati dalam berkata,

lenturnya lidah tidak bertulang.



Belokan tajam setirnya patah,

-hati banyak plesetan.

Eloknya budi diujung kata,

eloknya sifat di perbuatan.



Membuat wajik ketan direndam,

separuh lagi dibuat bipang.

Perbanyak maaf lupakan dendam,

niscaya dunia terasa lapang.



enak rasanya buah keluih,

dimasak dengan panasnya arang.

Pabila pandai meniti buih,

selamat badan ke seberang.



Orang palembang pandai bertenun,

kain dipintal darilah benang.

Sekarang banyak orang berpantun,

membuat mamang menjadi senang.



Pohon kuini tiada berduri,

dipotong panjang dibelah tiga.

Nasehat ini untuk sendiri,

bila berguna ambillah juga.



Janur kelapa untuk kenduri,

dibentuk indah dengan peniti.

Bertambah umur bijaklah diri,

agar selamat diakhir nanti.



sikejut tumbuh ditepi sumur,

akarnya dalam tanahnya lekat.

Berlanjut hari bertambah umur,

mogalah sabar makin melekat.



Inderalaya 28 November 2010

Al Faqir





Hamdi Akhsan

Selasa, 16 November 2010

Syair Bujang Begal

SYAIR BUJANG BEGAL
oleh yadhi rusmiadi jashar

Ini cerite ndai dusun tinggal
Jeme ke ume pegi nugal
Di huma ade bujang begal
Mehanjak tue lakunye bengal

Laku Bujang luar biase
Bapang Endung dianggap kance
Kelepeh Bapang diambek isinye
Serane endung enjok ke rande

Dek tau Bapang nak rugat agi
Ditawekan bujang nunjokkan gigi
Endung rungsing sejadi-jadi
Bujang pusing lahi ke buri

Bujang runtik anak Wak Riye
Gawinye ngatik nak husek saje
Gadis cinde nak dilinjanginye
Tapi dek ade ngesir ngan die

Malam minggu lok biasenye
Bujang mengar bedandan gile
Gumbak disunggar mengkilap raye
Minyak sayur digelusohkannye

Dek pule lupe hum-human
disemprotnye kiri nggok kanan
Bangat embaunye keliwatan
Sedusun raye ke-embau-an

Bujang begal la siap luncur
Begancang njagal ke dusun pancur
Bejalan keting keletar keletur
Jeme pening mukenye ancur

Bujang Wak Riye mandak ngejut
Nginak bidare kening mencucut
Ati betanye bulu alis betaut
Sape name si gadis lembut

Ui endung, alangke semampai gadis itu
Dudok nyeradai di tundan pintu
Gumbak melambai matenye sayu
Muke aduhai asli melayu

Ngihim senyuman adui manisnye
Bujang kelinjangan bebunge bunge
Siti Kelembungan name lengkapnye
Anak Bik Saman die rupenye

Gadis di tundan ngumong dialun
Suarenye ngedan mengayun ayun
Bujang kelinjangan mangap tetegun
Siti Kelembungan mantap bepantun

"Kedalak oi kedali dali
Anak tiung belage tige
Amun galak kebile agi
Nunggu setaun lame ige"

"Batang pedare dahan kayu
Batang embacang jeme seberang
Kakang bekate ngan umakku
datang gancang kite betunang"

Oi bapang tulungla aku
Siti Kelembungan jadikan mantu
Budi pekertinye alap bemutu
Ilok parasnye dek mbuat malu

Bujang sanggup berikrar janji
Ngubah laku amun la jadi
Bebenah idup meniti ahi
Asal bepadu tambatan hati.

~~Griya Sriwijaya, Nopember 2010~~

Minggu, 14 November 2010

Syair Bujang Tuo

SYAIR BUJANG TUO

oleh yadhi rusmiadi jashar



Arkian kisah si bujang tuo

Idup dewek dak ado kanco

Ngesir cewek yang masih mudo

Siapo rela dengan tuo bangko



Di ujung dusun ado la gadis

Tetegak anggun sungguh manis

Dari jauh bedayo magis

Bujang tuo tehipnotis



Bujang tuo belari kencang

seradak serenggino numburi barang

Ngejer betino si rambut mayang

Dak taunyo si jando kembang



Bujang mambang idak peduli

Sikil diayun laju belari

Jando kembang senyum bestari

Ya hindun dio dak katek gigi



Bujang laju urungke niat

Balek mengkerik belari cepat

Sikil dipacu begancang minggat

Geledurr, tiang listerik nyokot jidat



Jidat menyunyu sebesak kelapo

Bujang tuo idak meraso

Lari nyerudu hindari jando

Idak la suko bebini dio



Nasib si cimen bujang yang malang

Umur la ngarep belum betunang

Gara-gara nemen igo menimbang

Gadis cakep akhirnyo melayang



Tinggallah si bujang duduk merenung

Bekain sarung dio mencangkung

Bujang mambang setengah linglung

Kesian si burung buruk tegantung



Jadi wong jangan pilih-pilih

Kalu la jodoh gancang diraih

Dak perlu cewekan bekasih-kasih

Kagek nyerodoh dan jugo sedih***

~~~Griya Sriwijaya, 14 Nopember 2010~~~

BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT

BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT
Oleh Jajang R Kawentar

Bujang Bedengkang ini judul buku kumpulan puisi yang baru diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] yang bermarkas di Desa Pagarsari Lahat. Buku kumpulan puisi ini mengutamakan puisi berbahasa Lahat. Ada 46 puisi yang terkumpul dalam buku itu, 22 diantaranya puisi berbahasa Lahat dan selebihnya berbahasa Indonesia.

Buku merupakan bagian dari aktualisasi diri baik dari sebuah kelompok atau organisasi atau perorangan. Kali ini aktualisasi dari Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan orang perorang yang terdiri dari Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Kesemua bergiat di [KSLS] dimana bekerja sastra , mulai diskusi, berkarya, melakukan pementasan dan kerja kreatif lainnya.

[KSLS] pada saat ini sedang bergumul dengan bahasa daerah lahat yang merupakan bahasa Ibu dimana kami berada dan berproses. Hal ini bagian dari proses kreatif, bagaimana mengolah berbagai bahan bahasa daerah Lahat yang ada akan diracik menjadi masakan yang lezat berwujud karya sastra, atau hanya sekedar menampilkan apa yang kami miliki di daerah ini. Memang [KSLS] sedang belajar sombong dengan bahasa kami sendiri untuk orang lain, untuk siapapun di luar kami, atau belajar berbangga diri karena memiliki kekayaan bahasa yang beda dengan daerah lain, meskipun mungkin hanya sebagahagiannya atau hanya sepotong saja. Namun apapun yang kami miliki kini sedang dalam racikan di [KSLS].

Seperti halnya Yudistio Ismanto yang semula berekspresi melalui bahasa Indonesia kini betul-betul menekuni bahasa Lahat, mulai menggali terus istilah-istilah bahasa dusun dan bahasa-bahasa lama yang kini mulai banyak orang tinggalkan. Bujang Bedengkang merupakan salah satu judul puisi miliknya yang menjadi uncak di dalam buku kumpulan puisi ini.

Dengan menerbitkan beberapa karya puisi berbahasa daerah ini, berharap mendapat perhatian dari masyarakat untuk ikut menumbuh kembangkan bahasa yang agung ini melalui berkarya sastra. Begitupun harapan supaya ada manfaat dan bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan. Karena sepengetahuan kami selama ini karya sastra berupa puisi modern berbahasa Lahat tidak ada dan baru ini kali pertama puisi berbahasa Lahat hadir dihadapan pemirsanya. Pemirsa sekalian sebagai pengguna bahasa Lahat itu sendiri.

Meskipun keadaan buku yang kami terbitkan ini masih sangat sederhana, karena memang kemampuan yang bisa kami lakukan baru sebatas ini. Tidak menutup kemungkinan apabila apa yang kami usahakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka sesuatu yang lebih spektakuler akan kami tempuh. Semua ini semata sebagai pengabdian [KSLS] terhadap pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat Lahat yang kami cintai.

Sekecil apapun pengabdian [KSLS] kepada masyarakat, semoga mendapat tempat yang baik di hati mereka. Karena kami berpikir kalau bukan kita yang memulai berkarya sastra berbahasa Lahat, lalu siapa lagi. Semoga ini permulaan yang baik untuk mengukir sejarah kesusastraan di Kabupaten Lahat.

Selain itu buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat ini dibawa dalam perhelatan di acara Temu Sastrawam Indonesia ke III di Tanjungpinang di Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28-31 Oktober lalu. Bahasa Lahat didendangkan di hadapan para penyair bertaraf nasional itu. Tentu sebuah kesempatan bagi jeme Lahat mengibarkan kebahasaannya yang juga merupakan bagian dari bahasa Melayu ini.

Kesempatan emas ini sesungguhnya kita rebut sebagai tempat untuk mendapat perhatian bagi para penulis dan gila menulis untuk mau berbondong-bondong datang ke kota Lahat hanya sekedar untuk menulis kebudayaan Lahat yang sungguh sangat kaya ini. Mulai kebudayaan para puyang atau cerita dusun, pantun, sastra lisan atau berbagai bentuk megalith peninggalan pra sejarah itu. Kita berharap dengan dorongan para penulis dan menyebarkannya dalam berbagai media massa maka kekayaan seni budaya Lahat menjadi lebih dikenal.

Seperti halnya buku Laskar Pelanginya karya Andrea Hirata yang kemudian menjadi sebuah film dan cukup mengejutkan untuk kepariwisataan di Bangka Belitung. Sebuah karya sastra dan film yang mengubah image masyarakat terhadap kepulauan Bangka Belitung itu dari yang menyeramkan, menjadi sangat romantis dan saat ini mulai terbuka keindahan alamnya yang elok itu menjadi sasaran para pelancong. Pemerintah dan masyarakat di Bangka Belitung kini tinggal mengeruk keuntungan dari para pelancong tersebut, dan ini nyata-nyata bermula dari kerja seorang sastrawan.

Beberapa daerah sepertinya mulai melirik bagaimana peran para sastrawan dijadikan sebagai garda depan dalam pembangunan daerah yang membangun image masyarakat
untuk terus tak henti mencintai seni budaya sendiri dan menciptakan citra daerahnya menjadi semakin baik.

Keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Lahat sungguh membuat orang-orang yang haus akan sejuknya alam terkagum-kagum. Tetapi seringkali orang-orang yang mendiaminya seperti tidak perduli, mungkin karena keindahan alam kita itu sudah biasa setiap hari di lihatnya. Namun apabila kita pernah berkunjung ke beberapa daerah di nusantara atau ke luar negri maka ketika kembali ke daerah kita ini pasti daerah Lahat ini tidak kalah indahnya dengan daerah lain.

Permasalahannya hanyalah bagaimana kita mengelola dan mengemas sebuah pariwisata dan seni budaya kita ini. Bagaimana kita menggalakannya kembali kantong-kantong budaya atau kesenian yang ada di dusun-dusun dan bagaimana berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu kita pelihara serta dirawat. Disinilah peran para penulis atau sastrawan dalam mendokumentasikan berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu tidak hanya sebagai wacana saja, atau hanya berkembang dari mulut ke mulut. Tetapi tampak dalam bentuk manuskrip buku yang kemungkinan abadi dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Tidak hanya di daerah sendiri tetapi orang-orang di luar daerah kita ini dapat menikmati atau dapat melakukan penelaahan dan penelitian.*)

Memperkenalkan Budaya Lahat di Kancah Sastra Nasional

MEMPERKENALKAN BUDAYA LAHAT DI KANCAH SASTRA NASIONAL
Oleh Jajang R Kawentar

……………………………….
kaba anak lanang ahapan bapang
bujang bedengkang harus bekundu gedang
jangan bepacak gi mbesakah bajang

kaba dinanti leh behingasnye siang
kaba ditunggu leh kejamnye malam
tantanglah dunie umbang
becalak dikit mangke dek ditujah sandi belakang
ajak kance peluklah kundang
dek kah tetekut himbe dunie leh kaba suhang

kebile sisip mate bepejam kaba kah matek tependam
ame kundu nciut kah kanyut kaba di ayek suhut

Demikian tiga bait puisi terakhir dari puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat karya Yudistio Ismanto yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Bujang Bedengkang.

Buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang yang diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] Lahat Sumatera Selatan bersama CV Sobatindo Kreasi beredar disaat Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III di kota Tanjungpinang Kepulauan Riau 28-31 Oktober 2010. Sebanyak 200 sastrawan yang datang dari berbagai daerah seluruh Indonesia ini ditambah dari berbagai kalangan siswa, mahasiswa, guru-guru serta dosen di provinsi tersebut pada saat acara berlangsung. Ini adalah upaya dari [KSLS] guna memperkenalkan budaya daerah Lahat dalam hal ini sastra berbentuk puisi modern berbahasa Lahat.

Pengenalan budaya Lahat di kancah sastra nasional yang dilakukan [KSLS] ini hiperrealitas, di dunia yang saat ini hanya mementingkan kesan serta seremoni saja, namun pengenalan budaya Lahat ini dilakukan dengan kesadaran dan sangat jelas menuju sasarannya, yakni kepada para pelaku sekaligus motor kebudayaan itu sendiri. Para sastrawan tersebut merupakan agen dari perubahan budaya dan sekaligus ikut memperkenalkan, mengembangkan dan melestarikan seni budaya tersebut. Paling tidak, ikut menginpirasikan kegiatan berkarya sastra berbahasa daerah ini kepada khalayak nusantara.

Kegiatan [KSLS] ini bukan seremonial yang menghabiskan uang Anggaran Perencanaan Belanja Daerah ratusan juta rupiah yang seringkali tidak jelas sasaran serta inputnya, tetapi kegiatan [KSLS] dengan menerbitkan buku kumpulan puisi berbahasa Lahat dan langsung menyebarkannya ini sungguh merupakan pengabdian kepada masyarakat Lahat semata. CV Sobatindo Kreasi merupakan penyumbang dana dalam penerbitan buku kumpulan puisi berbahasa daerah Lahat ini.

Harapan dari [KSLS] ini bahwa masyarakat dunia dapat mengenal lebih jauh terhadap kebudayaan di daerah Kabupaten Lahat, lebih jauhnya mereka mau berkunjung ke kabupaten Lahat, entah itu sebagai pelancong atau mau menyelenggarakan penelitian tentang kebudayaan Lahat ini. Dalam TSI III di Tanjungpinang beberapa hari lalu ada beberapa orang yang tertarik untuk meneliti peninggalan kesultanan Palembang di Lahat, atau meneliti keaksaraan yang berkembang di Lahat ini.

Sesungguhnya tidak hanya seni tradisi yang berkembang di Kabupaten Lahat tetapi peninggalan dari kebudayaan Batu Tua juga sangat banyak, bahkan ribuan batu peninggalan nenek moyang terdapat di Lahat ini. Seandainya banyak yang mau meneliti kekayaan kebudayaan yang terdapat di Lahat ini maka bukan tidak mungkin keagungan Kabupaten Lahat akan kembali berkibar. Sebagai kota tua, kota besar yang sempat jaya dimasanya.

Tentu harus ada upaya dari berbagai fihak baik dari instansi pemerintah, masyarakat dan pelaku seni budaya serta para akademisi atau peneliti yang kompeten, yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan professional. [KSLS] telah membuka jaringan kebudayaan yang luas dan bukan tidak mugkin melakukan kerjasama dengan berbagai fihak. Selama ini dari daerah Lahat sendiri belum ada yang menawarkan kerjasama, justru dari daerah lain cukup resfek dengan kegiatan yang dilakukan oleh [KSLS] ini.

Program kerja [KSLS] berjalan sekemampuannya, karena alasan keterbatasan fasilitas dan dana. Namun walaupun demikian apa yang sudah dilakukan, seperti diskusi budaya, kegiatan sastra seperti baca puisi, melukis bersama, membuat cindramata berupa kaos, stiker, VCD puisi, mengikuti berbagai kegiatan sastra di tingkat provinsi ataupun nasional, menerbitkan buku dan mempublikasikan karya sastra terus berlanjut. Semua yang dilakukan ini hanya untuk masyarakat Lahat, dan kami bertekad akan terus mengembangkannya.

Akankah pihak luar itu tertarik untuk berpartisipasi dalam membantu menjalankan program kerja [KSLS] dan melaksanakannya lebih luas lagi. Atau bekerjasama saling menguntungkan baik dalam penelitian atau penyelenggaraan pembinaan seni. Karena pembinaan ataupun berbentuk workshop ini merupakan kegiatan yang sangat dasar, sebagai upaya pegembangan dan keterlibatan masyarakat dalam mengupayakan kelestarian seni budaya itu sendiri.

Banyak perusahaan yang berada di Kabupaten Lahat tetapi yang perduli terhadap seni budaya daerah itu belum kelihatan partisisipasinya. Partisipasi sebagai upaya ikut membangun dan melestarikan seni budaya daerah. [KSLS] siap mengelola dan mengembangkan Community Development (Condev) dari pihak perusahaan yang berada di Lahat untuk ikut berpartisipasi mengembangkan dan melestarikan seni budaya di wilayah Kabupaten Lahat mungkin dengan cara menyumbangkan berupa dana atau berupa kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan berkesenian.

Partisipasi perusahaan yang mengolah sumber daya alam yang ada di Lahat terhadap seni budaya masyarakat atau terhadap kesehatan, fasilitas umum, adalah wajar dan hak masyarakat dan wajib hukumnya bagi perusahaan. Tidak ada pihak perusahaan tambang yang memanfaatkan kelompok kesenian atau ikut menyumbangkan dananya untuk kelangsungan seni budaya daerah di tempat mereka menggali sumber daya alamnya. Ikut membina dan mengembangkan potensi sumber daya manusia sekitarnya.

Terpujilah perusahaan yang ikut mengembangkan sumberdaya manusia disekitar perusahaan itu beroperasi. Perusahaan tidak hanya terus mengekploitasi alam saja tetapi ikut perduli terhadap kesenian daerahnya, baik itu seni tradisi, cagar budaya atau kebudayaan. Tentu tidak menutup kemungkinan bagi berbagai instansi pemerintah, ikut serta membantu.

Penulis: Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan Guru SMA N 1 Merapi Selatan

Dialog Malam Joe Patrick dengan Puncak Peradaban

Dialog Malam Joe Patrick dengan Puncak Peradaban

Selamat malam pak!

02:42
ya selamat malam, apa pagi ya hehe

02:42
hahahaha....
iya pak....
pak,apakah saya boleh bertanya tentang sastra k bapak?

02:45
tentu boleh, kenapa

02:46
banyak yang mkengtakan bahwa berpuisi itu adalah kebebasan, terus bagai mana menurut bapak

02:51
ya kebebasan dalam mengungkapkan segala sesuatu, yang kita rasakan, yang kita pikirkan, atau merupakan gagasan dan yang kita lakukan melalui kata2 kita sendiri, dengan kata2 yang bisa mewakili diri kita, menurut pemikiran serta gagasan kita

02:54
mmmm....untuk saya sebagai pemula,apakah ada saran untuk saya kedepannya pak?
karena saat ini saya mulai merasakan kenikmatan (curhat) dalam puisi!
meskipun kata2 sya masih berantakan :)

02:59
ikutilah falsapfah hidup kita, dari tidak ada menjadi ada, dari rahim ibu hingga beranjak melalui tahapan2nya hingga ke rahim bumi
tetapi tetap kita harus banyak bertanya, membaca buku, mendengarkan orang dari kecil hingga besar, melihat sesuatu yang terbaik hingga yang terburuk,
karena ini kebebasan, cara pandangnyapun harus berdasar azas kebebasan
jangan kaku
dan terus berkarya tiada henti
untuk mengejar ketertinggalan
kenapa orang lain sudah berada di tingkat lebih tinggi
ya karena perjalanan yang juga dilalui melalui ilmu

03:05
Baik pak,masukan bari bapak sangat berarti untuk saya,terima kasih yang sebesar2nya.
tandus ini merasakan hujan mendekati....
1 lagi pak!
apakah saya boleh menandai bapak di puisi2 saya
mungkin jika ada senggang,bapak bisa memberi masukan
" pada langit bumi ini berharap"

03:08
tentu
karena itu sebagai tanda silaturahmi
kami disini masih juga belajar dengan siapapun yang mau berbagi pengalaman

03:11
Baik pak,sekali lagi terima kasih!
"dan ruh ini mendapat teduh"

03:12
semoga bermanfaat ya

03:13
amin!!!
saya permisi dulu pak!

03:13
ok

pagarsari, Nopember 2010

Rabu, 27 Oktober 2010

BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT


BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT
Oleh Jajang R Kawentar

Bujang Bedengkang ini judul buku kumpulan puisi yang baru diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] yang bermarkas di Desa Pagarsari Lahat. Buku kumpulan puisi ini mengutamakan puisi berbahasa Lahat. Ada 46 puisi yang terkumpul dalam buku itu, 22 diantaranya puisi berbahasa Lahat dan selebihnya berbahasa Indonesia.

Buku merupakan bagian dari aktualisasi diri baik dari sebuah kelompok atau organisasi atau perorangan. Kali ini aktualisasi dari Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan orang perorang yang terdiri dari Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Kesemua bergiat di [KSLS] dimana bekerja sastra , mulai diskusi, berkarya, melakukan pementasan dan kerja kreatif lainnya.

[KSLS] pada saat ini sedang bergumul dengan bahasa daerah lahat yang merupakan bahasa Ibu dimana kami berada dan berproses. Hal ini bagian dari proses kreatif, bagaimana mengolah berbagai bahan bahasa daerah Lahat yang ada akan diracik menjadi masakan yang lezat berwujud karya sastra, atau hanya sekedar menampilkan apa yang kami miliki di daerah ini. Memang [KSLS] sedang belajar sombong dengan bahasa kami sendiri untuk orang lain, untuk siapapun di luar kami, atau belajar berbangga diri karena memiliki kekayaan bahasa yang beda dengan daerah lain, meskipun mungkin hanya sebagahagiannya atau hanya sepotong saja. Namun apapun yang kami miliki kini sedang dalam racikan di [KSLS].

Seperti halnya Yudistio Ismanto yang semula berekspresi melalui bahasa Indonesia kini betul-betul menekuni bahasa Lahat, mulai menggali terus istilah-istilah bahasa dusun dan bahasa-bahasa lama yang kini mulai banyak orang tinggalkan. Bujang Bedengkang merupakan salah satu judul puisi miliknya yang menjadi uncak di dalam buku kumpulan puisi ini.

Dengan menerbitkan beberapa karya puisi berbahasa daerah ini, berharap mendapat perhatian dari masyarakat untuk ikut menumbuh kembangkan bahasa yang agung ini melalui berkarya sastra. Begitupun harapan supaya ada manfaat dan bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan. Karena sepengetahuan kami selama ini karya sastra berupa puisi modern berbahasa Lahat tidak ada dan baru ini kali pertama puisi berbahasa Lahat hadir dihadapan pemirsanya. Pemirsa sekalian sebagai pengguna bahasa Lahat itu sendiri.

Meskipun keadaan buku yang kami terbitkan ini masih sangat sederhana, karena memang kemampuan yang bisa kami lakukan baru sebatas ini. Tidak menutup kemungkinan apabila apa yang kami usahakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka sesuatu yang lebih spektakuler akan kami tempuh. Semua ini semata sebagai pengabdian [KSLS] terhadap pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat Lahat yang kami cintai.

Sekecil apapun pengabdian [KSLS] kepada masyarakat, semoga mendapat tempat yang baik di hati mereka. Karena kami berpikir kalau bukan kita yang memulai berkarya sastra berbahasa Lahat, lalu siapa lagi. Semoga ini permulaan yang baik untuk mengukir sejarah kesusastraan di Kabupaten Lahat.

Selain itu buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat ini akan dibawa dalam perhelatan di acara Temu Sastrawam Indonesia ke III di Tanjungpinang di Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28-31 Oktober ini. Bahasa Lahat akan didendangkan di hadapan para penyair bertaraf nasional itu. Tentu sebuah kesempatan bagi jeme Lahat mengibarkan kebahasaannya yang juga merupakan bagian dari bahasa Melayu ini.

Kesempatan emas ini sesungguhnya kita rebut sebagai tempat untuk mendapat perhatian bagi para penulis dan gila menulis untuk mau berbondong-bondong datang ke kota Lahat hanya sekedar untuk menulis kebudayaan Lahat yang sungguh sangat kaya ini. Mulai kebudayaan para puyang atau cerita dusun, pantun, sastra lisan atau berbagai bentuk megalith peninggalan pra sejarah itu. Kita berharap dengan dorongan para penulis dan menyebarkannya dalam berbagai media massa maka kekayaan seni budaya Lahat menjadi lebih dikenal.

Seperti halnya buku Laskar Pelanginya karya Andrea Hirata yang kemudian menjadi sebuah film dan cukup mengejutkan untuk kepariwisataan di Bangka Belitung. Sebuah karya sastra dan film yang mengubah image masyarakat terhadap kepulauan Bangka Belitung itu dari yang menyeramkan, menjadi sangat romantis dan saat ini mulai terbuka keindahan alamnya yang elok itu menjadi sasaran para pelancong. Pemerintah dan masyarakat di Bangka Belitung kini tinggal mengeruk keuntungan dari para pelancong tersebut, dan ini nyata-nyata bermula dari kerja seorang sastrawan.

Beberapa daerah sepertinya mulai melirik bagaimana peran para sastrawan dijadikan sebagai garda depan dalam pembangunan daerah yang membangun image masyarakat
untuk terus tak henti mencintai seni budaya sendiri dan menciptakan citra daerahnya menjadi semakin baik.

Keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Lahat sungguh membuat orang-orang yang haus akan sejuknya alam terkagum-kagum. Tetapi seringkali orang-orang yang mendiaminya seperti tidak perduli, mungkin karena keindahan alam kita itu sudah biasa setiap hari di lihatnya. Namun apabila kita pernah berkunjung ke beberapa daerah di nusantara atau ke luar negri maka ketika kembali ke daerah kita ini pasti daerah Lahat ini tidak kalah indahnya dengan daerah lain.

Permasalahannya hanyalah bagaimana kita mengelola dan mengemas sebuah pariwisata dan seni budaya kita ini. Bagaimana kita menggalakannya kembali kantong-kantong budaya atau kesenian yang ada di dusun-dusun dan bagaimana berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu kita pelihara serta dirawat. Disinilah peran para penulis atau sastrawan dalam mendokumentasikan berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu tidak hanya sebagai wacana saja, atau hanya berkembang dari mulut ke mulut. Tetapi tampak dalam bentuk manuskrip buku yang kemungkinan abadi dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Tidak hanya di daerah sendiri tetapi orang-orang di luar daerah kita ini dapat menikmati atau dapat melakukan penelaahan dan penelitian.

Demikian puisi Bujang Bedengkang:
Anak Bapang Bujang Bedengkang

Nang, naiklah sini di bahu bapang
Simbunkah ayek mate, Jangan nangis mpuk ati bimbang
njadi lanang dek kene mate belinang
Ayek mate bujang mahal
ame abis dek bediye tempat beutang

Bukaklah mate kinaki ngan palak ncagak
langit mengawang
awan itam belawan
mataahi mbias nyemele ulas

anak bapang lanang kini lah bujang bedengkang
aningkah kudai kicekan bapang
tuape gune daging telinge kaba sepasang
jangan samekah ngan tanduk kijang
keting bemidang bukane ndek betinjak di kebon binatang
mulut bepagut bukane ndek ngate becarut
tangan bekuduk jangan gi nakuti rugukan behuk

kaba anak lanang ahapan bapang
bujang bedengkang harus bekundu gedang
jangan bepacak gi mbesakah bajang

kaba dinanti leh behingasnye siang
kaba ditunggu leh kejamnye malam
tantanglah dunie umbang
becalak dikit mangke dek ditujah sandi belakang
ajak kance peluklah kundang
dek kah tetekut himbe dunie leh kaba suhang

kebile sisip mate bepejam kaba kah matek tependam
ame kundu nciut kah kanyut kaba di ayek suhut

Lahat, Oktober 2010


Penulis: Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan Guru SMA N 1 Merapi Selatan Lahat

Jumat, 22 Oktober 2010

Balai Bahasa Sumsel Susun Ensiklopedi Sastra Daerah Modern


Balai Bahasa Susun Ensiklopedi Sastra Sumsel Modern

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mendatangi Bumi
Seganti Setungguan (Kabupaten Lahat). Rombongan yang motori Dian Susilastri, M.Hum, bersama tiga anggotanya Budi Agung Sudarmanto, S.S, M.Pd, Mulawarman SS, Yeni Mastuti S.Pd., sejak Rabu (22/9) hingga Jumat (24/9) melaksanakan
penjaringan data dalam rangka penyusunan Ensiklopedia Sastra Modern Sumsel tahap II di Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam dan Kabupaten Empat Lawang.

"Saat ini daerah yang akan didatangi adalah Lahat, Pagaralam dan Empat Lawang. Sementara di Palembang kita terus mengumpulkan data-data baru, karena kondisinya yang terus berubah," ujar Dian. Tujuan mengumpulkan data ini sebagai upaya menginfentarisir kegiatan kesusastraan yang ada di seluruh Sumatera Selatan.

Saat ini narasuber yang ada di Lahat yakni Ismeth Inonu, Jajang R Kawentar, dan Irfan, sementara untuk Pagaralam Helmi, dan Empat Lawang yakni Syamsu Indra Usman. "Untuk narasumber sendiri kemungkinan bisa bertambah untuk ketiga daerah tersebut. Kita jelas mendapat informasi dari beberapa narasumber, baik dari koran, majalah maupun dari media lainnya. juga dari narasuber sendiri," ungkap Dian.

Penyusunan Ensiklopedi Sastra Modern ini tujuannya menambah khasanah kesusastraan yang ada. baik dari istilah, karya sastra yang fenomenal, atau wahana yang mendukung perkembangan sastra Modern.

Peran Balai Bahasa Sumsel sendiri tidak hanya pada Kesusastraan Modern, tapi mencakup hal-hal mengenai kebahasaan. Harapannya di Sumsel kehidupan kesusastraan menjadi lebih hidup. Media yang menghidupi kesusastraan yang sesungguhnya mungkin di tiap daerah cukup banyak dan jenisnya pun diharapkan berpariasi. Tidak hanya perorangan yang dapat menjadi wahana dan sarana yang menghidupinya, tapi keinginan setiap pelaku sastra ingin mengembangkannya menjadi komunitas serta membentuk regenerasi baru.

Pemerintah daerah pun bisa menjadi wahana pendukungannya, baik mengadakan even-even tertentu, atau mengajak anak muda mengikuti dan mengembangkan kegiatan kesusastraan di daerah. Karena kita tidak hanya menghidupi fisik kita tapi jiwa kita supaya lebih selaras.

"Seperti Ismeth Inonu, merupakan tokoh yang mungkin dianggap mengayomi kesenian di daerah Lahat, karena selain sebagai pelaku seni juga menjadi ketua Dewan Kesenian Lahat. Irfan juga sebagai pelaku seni kesusastraan yang memiliki beberapa karya sastra dan untuk Jajang selain pelaku seni, juga memiliki komunitas untuk mengembangkan kesastraannya. Selain itu Jajang juga memiliki karya sastra daerah yang dihasilkannya seperti Ikon Wak Barum dan Wak Ranca yang populer sebagai karya sastra," jelas Dian.

Lebih lanjut diharapkan nantinya akan lahir generasi-generasi di daerah Sumsel yang lebih baik, dan hasil pendokumentasian ini sebagai pembelajaran bagi generasi mendatang.

"Ternyata pengembangan Sastra Daerah Modern di Sumsel masih sedikit dan minim pelakunya. Berdasarkan pantauan kita pada tahap sebelumnya kebanyakan di Palembang sementara kabupaten kota lainnya masih sedikit, " tegas Dian.

Minggu, 17 Oktober 2010

JELANG IKUT TEMU SASTRAWAN INDONESIA III DI TANJUNGPINANG


JELANG IKUT TEMU SASTRAWAN INDONESIA III DI TANJUNGPINANG

Oleh: Dimas Arika Mihardja


JELANG perhelatan Temu Sastrawan III di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, saya ingin sedikit memberikan gambaran sebagai referensi bagi peserta dan sekadar informasi bagi masyarakat facebookers. Sekadar catatan kecil, ide awal pelaksanaan Temu Sastrawan Indonesia (TSI I) bertolak dan dilaksanakan di Jambi 7-10 Juli 2008. Lalu TSI II dihelat di Bangka Belitung (2009), dan TSI III akan dilaksanakan di Tanjungpinang 28-31 Oktober 2010. Berikut ini saya kemukakan lagi Dasar Pemikiran TSI I di Jambi yang sukses dilaksanakan 7-10 Juli 2008.

Rumah tangga sastra Indonesia yang dihuni oleh sastrawan (penyair, cerpenis, novelis, penulis skenario), kritisi, dan masyarakat pembaca memberikan gambaran adanya keberagaman. Keberagaman itu terwujud baik pada tataran capaian estetis, kreativitas, persepsi, visi, dan misi. Keberagaman itu merupakan aset yang tiada terkira nilainya jika dihubungkan dengan “Bhinneka Tunggal Ika”. Keberagaman itu dalam konteks keindonesiaan perlu mendapatkan ruang ekspresi seluas-luasnya untuk capaian estetis sastra Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.

Pada satu masa, sejumlah besar sastrawan menampilkan karya-karya yang sarat dengan subkultur, dengan akar budaya, warna budaya daerah masing-masing. Berbagai kultur lokal dan tradisi digali, diolah dan dijadikan dasar untuk pengucapan karya-karya mereka. Karya sastra yang dihasilkan sastrawan yang mengedepankan warna-warni budaya lokal ini memberi kontribusi positif dalam sejarah perkembangan otonomi daerah di Indonesia. Atas dasar keberagaman budaya daerah, dalam perspektif sejarah sastra Indonesia pernah dihasilkan karya-karya masterpiece seperti “Ronggeng Dukuh Paruk” (Novel Ahmad Tohari), “Pengakuan Pariyem” (Prosa Lirik Linus Suryadi AG), “Celurit Emas” (D. Zawawi Imron), “Bawuk” (Umar Kayam), “O, Amuk, Kapak” (antologi puisi Sutardji Calzoum Bachri), “Godlob”, “Adam Makrifat”, dan “Berhala” (Kumpulan cerpen Danarto), “Robohnya Surau Kami” dan “Bertanya Kerbau pada Pedati” (Kumpulan cerpen A.A. Navis), “Bako” (novel Darman Moenir), dan seterusnya . Karya-karya yang digali dari kekayaan budaya lokal seperti itu akhir-akhir ini mengalami pasang surut.

Keberagaman corak budaya daerah perlu diberikan ruang yang leluasa untuk dieksplorasi dalam penciptaan sastra. Karya sastra yang digali dari tradisi subkultur yang ada di Indonesia akan memberikan rona keberagaman yang manunggal dalam keindonesiaan (“Bhinneka Tunggal Ika”). Keberagaman warna lokal saat globalisasi sekarang ini menjadi penting sebab dengan keberagaman itu pula identitas lokal terwadahi.

Dalam perkembangan sastra pernah muncul humanisme universal, sastra kontekstual, sastra (dominasi) pusat (Jakarta), sastra pedalaman, sastra dekaden, sastra independen, sastra arus bawah dan seterusnya dan seterusnya. Hal ini wajar lantaran sastrawan memiliki progres, visi dan misi dalam berkarya. Hal yang tidak wajar apabila perbedaan pandangan/aliran/isme dll memunculkan konflik berkepanjangan. Humanissme universal seperti diteriakkan oleh Chairil Anwar berakibat hilangnya identitas kebangsaan. Setelah humanisme universal mulai memudar pamornya, tahun 1960-an meruak hubungan mesra antara sastra dan politik. Fungsi sastra dan fungsi politik acap dicampuradukkan sehingga terjadi kekacauan. Lalu muncul tawaran sastra kontekstual (sastra terlibat) yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Kemunculan sastra kontekstual ini menomorduakan aspek keindahan dalam ciptaan sehingga pada akhirnya kehilangan gaungnya. Tahun 1990-an muncul tawaran sastra pedalaman dalam denyut kehidupan sastra. Tawaran ini kurang mendapatkan respon dan lenyap begitu saja. Setelah itu muncul dekadensi dan independensi sastra, tetapi belum jelas benar seperti apa sosoknya.

Muncul pemikiran bahwa ekologi sastra yang dihuni oleh sastrawan, kritikus, media, perpustakaan, penerbit, dan lain-lain bersatu dalam suatu wadah seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Aliansi Jurnalistik Independent (AJI), Ikatan Keluarga Pengarang Indonesia (IKAPI) yang memiliki kemandirian, kebersamaan, dan keharmonisan. Dengan kemandirian, kebersamaan, dan keharmonisan dimungkinkan sastrawan Indonesia bersama ekologi sastra Indonesia memiliki bargaining power dan bargaining position yang lebih baik. Para sastrawan perlu melakukan Dialog untuk membicarakan “wadah” dan sekaligus menemukan solusi mengenai tidak sehatnya ekologi sastra Indonesia. Ekologi sastra Indonesia (sastrawan, kritikus, penerbit, media, dan masyarakat, perpustakaan, penerbit) perlu memiliki kemandirian. Kemandirian ini memiliki arti penting ketika, misalnya, ada sebagian sastrawan yang ‘ditelikung’, diintimidasi, dipecat kepegawaiannya, dikekang kebebasan kreatifnya, dipinggirkan oleh pihak-pihak lain (pemerintah, pimpinan redaktur koran, organisasi tertentu, pemilik media).

Perkembangan karya sastra Indonesia, sepeninggal paus sastra H.B. Jassin, tidak diiringi oleh kinerja kritik sastra. Kritik sastra seperti kerakap di atas batu, hidup enggan mati tak mau. Langkanya kritikus yang peduli terhadap perkembangan sastra dan minimnya apresiasi masyarakat terhadap perkembangan sastra membuat ekologi sastra tidak harmonis. Idealnya, kehidupan sastra menunjukkan ekologi sastra yang sehat, beragam, harmonis, dan dinamis. Karya sastra yang diterbitkan menjadi “yatim piatu” lantaran tidak tersentuh oleh kinerja kritik sastra. Akibatnya, karya sastra semakin jauh dari jangkauan masyarakat apresian. Kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya sastra juga rendah. Dalam hubungannya dengan minimnya kritikus sastra, dipandang perlu dilaksanakan workshop penulisan esai/kritik sastra yang diikuti penulis muda berbakat, guru, mahasiswa yang telah biasa menulis di media massa.

Dalam hubungannya dengan minimnya apresiasi masyarakat terhadap seni sastra, maka perlu digelar Panggung Apresiasi yang menampilkan atraksi keberagaman, kedinamisan, dan keharmonisan dalam paket performance yang dipersiapkan secara matang. Selain itu, kiranya aneka hasil karya sastra perlu diperkenalkan kepada masyarakat sastra melalui pameran dan bazar. Pameran dan bazar ini menampilkan aneka corak dan bentuk karya sastra sebagai manifestasi adanya keberagaman, kedinamisan, dan keharmonisan.

Agenda kegiatan Temu Sastrawan Indonesia 1 2008 di Jambi dalam garis besarnya mencakup hal-hal berikut:

(1) Dialog Sastra dan Musyawarah Sastrawan Indonesia : Dialog Sastra membicarakan capaian estetik sastra Indonesia, keberagaman, dan kedinamisan sastra Indonesia. Peserta dialog adalah sastrawan, kritikus, dan undangan dari kalangan media, penerbit, dll. Dialog dirancang dua hari menampilkan pembicara dari kalangan kritikus, media, penerbit, dll. Musyawarah Sastrawan Indonesia membicarakan kemungkinan dibentuknya wadah atau forum bersama yang melibatkan ekologi sastra (sastrawan, kritikus, media, penerbit, dll). Musyawarah ini diharapkan melahirkan kesepakatan bersama tentang perlu/tidaknya kelanjutan Temu Sastrawan Indonesia (Periksa Lampiran).

(2) Workshop Penulisan Esai / Kritik Sastra: kegiatan ini memfasilitasi para penulis muda berbakat, guru sastra, dan mahasiswa untuk mampu menulis kritik/esai sastra. Peserta yang diundang mengikuti workshop 30 orang. Workshop dilaksanakan tanggal 09 Juli 2008 di Kantor Bahasa Provinsi Jambi (Periksa Lampiran).

(3) Panggung Apresiasi: menampilkan atraksi sastrawan (Sastrawan Indonesia terpilih), pertunjukan keberagaman seni di setiap kota/kabupaten dalam Provinsi Jambi, dan sanggar-sanggar seni di Kota Jambi. Panggung Apresiasi ini digelar selama tiga hari di tempat yang representatif (Periksa Lampiran).

(4) Wisata Budaya: wisata budaya ini dimaksudkan untuk memberikan sajian keberagaman yang dimiliki Provinsi Jambi kepada peserta Temu Sastrawan Indonesia. Peserta diajak ke Situs Candi Muaro Jambi melalui jalan air dengan menyusuri Sungai Batanghari. Wisata Budaya dilaksanakan tanggal 10 juli 2008.

(5) Penerbitan Buku Antologi: ada tiga buku antologi yang diterbitkan, yakni antologi puisi (Tanah Pilih), antologi cerpen (Senarai Batanghari) dan buku kompilasi puisi, cerpen, dan esai karya sastrawan Indonesia.

(6) Pameran dan Bazar: memamerkan aneka corak dan bentuk karya sastra sebagai manifestasi adanya keberagaman, kedinamisan, dan keharmonisan. Pameran dan bazar dilaksanakan tanggal 07-10 Juli 2008 di gedung proscenium Taman Budaya Jambi.

Kegiatan Temu Sastrawan Indonesia ke-II yang dilaksanakan di Bangka Belitung, dengan amat menyesal tidak dapat saya ikuti, sehingga konsep penyelenggaraannya dan hasil-hasil yang dicapai juga tidak dapat saya sampaikan. Namun demikian, secara garis besar, "ruh" Temu Sastrawan Indonesia I juga terasa kental dalam penyelenggaraannya.

Lalu dalam pelaksanaan Temu Sastrawan Indonesia III yang dilaksanakan di Tanjungpinang 28-31 Oktober 2010 memiliki "benang merah" dengan konsep dan penyelenggaraan di Jambi. Temu Sastrawan III ini mengusung tema "Sastra Indonesia Mutakhir: Kritik dan Keragaman". Subtema yang diagendakan pun memiliki benang merah dengan TSI I di Jambi, yakni Stadium General sastra Indonesia Mutakhir: Kritik dan Keragaman (definisi sastra Indonesia mutakhir, persoalan yang terjadi, pertumbuhan komunitas dan kepenulisan hari ini); lalu Fenomena Sastra Indonesia Mutakhir (perihaal ideologi dan ekspresi sastrawan); Kajian Teks: penjelajahan dan pendalaman karya dengan keragaman mata kritik; Kemelayuan dan Keindonesiaan: keragaman antarsastrawan.

Agenda kegiatan TSI III Tanjungpinang, sesuai dengan edaran, dalam garis besarnya, seperti juga agenda TSI I Jambi, terbagi dalam 6 kegiatan berikut:

1. Stadium General (ceramah umum) dan seminar;
2. Malam apresiasi sastra;
3. Forum dan bazaar buku;
4. Penerbitan buku antologi antologi sastra
5. Bengkel sastra; dan
6. Wisata budaya

Sastrawan yang diundang dalam TSI III, seperti juga TSI I Jambi, berkisar antara 200-250 sastrawan. Setiap sastrawan yang hadir akan diberi sagu hati Rp. 200.000,00 dan setiap sastrawan yang karyanya dimuat dalam buku antologi sastra akan mendapatkan honorarium sebesar Rp. 500.000,00. SETIAP SASTRAWAN YANG DIUNDANG DI TEMPATKAN DI HOTEL YANG REPRESENTATIF, DISEDIAKAN KONSUMSI, DAN TRANSPORTASI LOKAL. Demikian sekilas catatan tentang histori konsep dan pelaksanaan Temu Sastrawan Indonesia. Selamat mengikuti perhelatan kegiatan yang bergengsi ini. Hiduplah sastra Indonesia, hiduplah sastrawan Indonesia, majulah kiritik sastra Indonesia, sehat dan sentosalah komunitas sastra Indonesia.

diambil dari FB

Senin, 04 Oktober 2010

KRITIK SASTRA

Seolah-olah Kritik Sastra

Oleh: Maman S. Mahayana

(Pikiran Rakyat, 3 Oktober 2010)

Esai "Kritik dan ’Hama Sastra’" yang dimuat "PR" (19/9), tak mubazir kiranya jika ditanggapi. Ia seolah-olah esai "kritik sastra" yang enak dibaca, mengalir lancar memainkan bahasa. Akan tetapi, di sana sini ramai sesat nalar dan salah data. Tulisan ini coba mengembalikan duduk perkaranya ke jalan yang benar.

Esai itu berangkat dari buku Damhuri Muhammad, Darah Daging Sastra Indonesia (2010) yang memuat berbagai aspek sastra Indonesia; sejarah sastra, praktik kritik sastra, dan beberapa pandangan Damhuri tentang kehidupan kesusastraan Indonesia. Meski pembaca berkuasa menanggapi memaknai teks apa pun sebagaimana disarankan resepsi sastra, esai itu nyata benar telah mereduksi wacana keseluruhan isi buku.

Dengan mencomot satu konsepsi analogis, "hama sastra" untuk menyebut kritik sastra yang tidak sehat, esai Damhuri yang lain ditenggelamkan entah ke mana. Wacana yang lebih substansial, seperti problem sejarah sastra yang tersesat, perbincangan karya sebagai model kritik praktik (practical criticism) atau kritik terapan (applied criticism), dan berbagai kemungkinan pengembangan sastra Indonesia di masa depan, tak terbaca sama sekali.

Dalam sejarah sastra mana pun, perbalahan kritik sastra adalah rangkaian polemik pemikiran untuk menghindari stagnasi kehidupan sastra. Jika terjadi konflik sebagai ekor polemik, kemungkinan ada kepentingan ideologis yang melatarbelakanginya, seperti terjadi dalam perdebatan humanisme universal dan realisme sosialis. Bukankah Polemik Kebudayaan, perdebatan Kritik Aliran Rawamangun vs Metode Kritik Ganzheit, penolakan konsep Angkatan ’66, dan semangat estetik Angkatan 70-an, sampai ke sastra kontekstual, tidak ada konflik yang tertinggal. Camkanlah, kritik sastra adalah disiplin ilmu. Di sana bertaburan berbagai konsep dan istilah yang lahir melalui pergulatan panjang pemikiran. Pemahaman atas istilah atau konsep adalah cara belajar yang bijak. Bukankah para siswa pun memahami perbedaan polemik dengan konflik?

Perhatikan kutipan berikut dari esai itu, "Pada tahun 1940-an Chairil Anwar dan H.B. Jassin bertikai gara-gara Chairil tak suka kritik Jassin terhadap beberapa puisinya." Dari mana sumber informasi ini? Kecuali soal buku yang dipinjam Chairil yang nyaris tak pernah dikembalikan, pertikaian Chairil dan Jassin tidak menyangkut esai kritik Jassin. Pada zaman Jepang (1942-1945), dari 42 puisi yang dihasilkan Chairil Anwar, hanya satu yang dipublikasikan, yaitu puisi "Siap Sedia" (Keboedajaan Timoer, No. 3, Agustus 1945). Setelah merdeka, sejumlah puisi Chairil Anwar dimuat majalah Pantja Raja (1946-1947) dan Gema Suasana (1947-1948) yang salah satu redakturnya, Chairil Anwar. Ia menawarkan puisi-puisinya kepada Sutan Takdir Alisjahbana (STA) yang menjadi redaktur Balai Pustaka dan direktur penerbit Dian Rakyat. STA menolak, sebab dianggap tak sesuai pandangan estetikanya. Jassinlah penyelamat puisi-puisi Chairil Anwar. Terbitlah antologi Deru Tjampur Debu (Pembangunan, 1949) dan Kerikil Tadjam dan Jang Terempas dan Jang Putus (Pustaka Rakjat, 1949). Sementara Tiga Menguak Takdir (dipersiapkan sejak 1946, terbit 1950) adalah jawaban Chairil Anwar pada STA. Dari sana Jassin menulis sejumlah ulasan tentang puisi Chairil Anwar. Mungkinkah Chairil membaca esai-esai Jassin yang dipublikasikan setelah Chairil Anwar meninggal (28 April 1949).

**

Perlu dipahami, perspektif dalam kritik sastra bukanlah pendekatan. Ia bukan alat analisis. Ia masuk kategori model penilaian. Dalam kritik sastra, ada tiga jenis penilaian, yaitu penilaian absolut, relatif, dan perspektif. Penilaian absolut dipengaruhi positivisme ketika perkembangan ilmu pengetahuan alam menggiring penilaian pada perkara benar atau salah. Penilaian relatif didasarkan pada impresi kritikus. Oleh karena itu, sepuluh kritikus akan menghasilkan sepuluh penilaian. Ada pun penilaian perspektif menekankan pada berbagai kemungkinan lain ketika satu pendekatan dengan teori tertentu, tidak sesuai dengan unsur intrinsik karya yang diteliti. Melalui penilaian perspektif inilah kekayaan teks digali-diungkap. Dari situlah pendekatan baru ditawarkan; teori baru dapat dirumuskan berdasarkan teks yang bersangkutan.

Mengenai definisi kritik sastra, kita akan sia-sia menemukannya. Yang ada adalah rumusan glosarium yang menjelaskan tentang itu. Sejak Plato dalam Republic menerapkan teori sastra sebagai alat analisis atas puisi-puisi Homerus, lalu Aristoteles melengkapi dalam karyanya, Poetica, dan terus bergulir sampai abad XX saat Paul Henardi mempertanyakan kembali sebagaimana dinyatakan dalam judul bukunya, What is Criticism? (Bloomington: Indiana University Press, 1981), tak ada satu pun rumusan definisi kritik sastra yang mutlak, tahan uji, definitif, dan berlaku universal. Yang muncul adalah simpang siur pemikiran tentang kritik sastra; bagaimana ia menjalankan fungsinya, mendasari pendekatannya, dan mengembangkan teori kritik sastra (theoretical criticism) yang representatif. Muaranya berkutat pada tiga bidang kegiatan, meliputi teori sastra (literary theory), sejarah sastra (literary history), dan kritik sastra (literary criticism). Objek kajiannya pengarang-teks-pembaca. Belakangan, kajiannya melebar: memasukkan penerbit sebagai bagian dalam sistem produksi dan reproduksi, bahkan juga dengan sistem patronasi.

Penting dipahami: hakikat kritik sastra adalah penilaian. Di dalamnya melekat apresiasi. Jadi, bukan perkara pujian dan hujatan, melainkan elusidasi dan eksplanasi yang meliputi deskripsi, interpretasi, analisis, dan evaluasi. Esai itu keliru menempatkan hakikat kritik sastra. Kekeliruan elementer ini diperparah lantaran ia juga gagal memperoleh legitimasi. Pernyataan Suminto A. Sayuti dikutip secara salah, "Kritik sastra berfungsi memahami karya sastra ...." Secara holistik dan komprehensif, kritik sastra berfungsi memberi pemahaman (baca: bukan memahami) atas sebuah teks sastra. Ia boleh bertindak sebagai panduan, pencerah, dan pemberi jalan terang. Bahkan melalui teks, kritik sastra fungsional bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan pengarang dengan pembaca. Teks itu representasi pengarang. Itulah yang diyakini Roland Barthes seperti ditulis dalam artikelnya The Death of the Author (Image-Music-Text. London: Routledge, 1977).

**

Sebagai usaha apresiasi, patutlah kita menghargai esai apa pun. Meski begitu, tindak serampangan yang berakibat pada sesat nalar dan salah data, selayaknya dihindarkan. Apalagi semangatnya mereduksi gagasan yang kompleks, jelas itu laku tak terpuji. Bukankah salah satu yang ditekankan kritik sastra adalah mencermati teks sebagai totalitas dan menguaknya secara holistik dan komprehensif? Nah, kiranya demikian!

***

Maman S. Mahayana,

staf pengajar FIB-UI, dosen tamu Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea.

Minggu, 03 Oktober 2010

Dari Ambivalensi Hingga Berladang di Punggung Sastrawan

Dari Ambivalensi Hingga Berladang di Punggung Sastrawan

Indrian koto

Tulisan Romi Zarman yang berjudul Tiga Catatan di Riau Pos Edisi Minggu 19 September 2010 terkesan terburu-buru memandang ragam soal dalam sastra. Lantaran banyaknya hal yang ingin dia gugat, perlu kiranya ada respon untuk membuka sebuah dialog. Harapan saya akan ada diskusi dan bahasan yang lebih spesifik untuk setiap persoalan.

Internet, Koran dan Sikap Sastrawan

Romi terlalu sederhana melihat posisi dan fungsi internet sebagai media publikasi karya. Bagi Romi bentuk hanyalah apa yang bisa diraba, yang terlihat (pakai mata dan kepala pula) tidak dianggap sesuatu yang berbentuk. Dalam dunia internet, karya lebih banyak dipublikasikan di blog dan situs pribadi. Adapun facebook (FB) yang muncul belakangan adalah dunia yang lebih hiruk-pikuk, di mana personal yang terlibat dan karya yang diposting, diperlukan satu bahasan tersendiri.

Ketika Romi bicara soal bagaimana dua media, koran dan internet bermain dalam penyeleksian karya, mengingatkan kita kembali pada gugatan Ahmadun Yosi Herfanda di awal kemunculan sastra internet. Romi Zarman menulis, “Tak ada proses seleksi di sana, seperti halnya sastra koran. Kelayakannya justru ditentukan oleh pembaca. Pembaca yang memiliki otoritas, bukan redaktur. Bila karya itu kurang baik mutunya, maka pembaca akan meninggalkannya. Atau sebaliknya, pembaca akan langsung menanggapi, memberikan masukan. Selain itu, maraknya sastra maya dikarenakan ia mampu menjadi media alternatif bagi sebagian pengarang kita.” Di bagian ini dia sudah memaparkan fungsi serta peran pembaca dalam sastra cyber. Lalu dia masuk pada kalimat, “Rata-rata dari mereka tidak percaya pada mekanisme seleksi koran.” Tudingannya semakin tajam dan menyebut “Dalam pandangan mereka, karya-karya yang dipublikasikan di koran tidak lepas dari selera dan kepentingan redaktur semata.” Selanjutnya ia kembali melihat peran sastra internet sebagai, “…media alternatif untuk mempublikasikan karya. Bahkan beberapa waktu belakangan, dunia maya tidak hanya berfungsi sebagai media alternatif, tapi juga tempat belajar menulis.” Secara tiba-tiba ia kembali menghujat, dan mematahkan hal yang diakuinya sendiri. “Bila ia hanya bukan sekedar media alternatif, mengapalah sebagian dari mereka mempublikasikan karya di media cetak koran? Bukankah mereka jelas-jelas mencurigai bahwa proses seleksi koran hanya didasarkan atas selera dan kepentingan redaktur semata?”

“Ah... ambivalensi.” Katanya. Romi dengan enteng lalu menyebut saya sebagai contoh dari ambivalensi yang dia maksud dan menyebut tiga media, yang katanya, “dicurigai sebagai koran yang mengkonstruksi estetika dominan.” Ada banyak penulis yang semula hanya menulis di situs-situs pribadi, blog dan milis lalu pindah ke koran. Sebagian ada yang berhasil, sebagian yang lain tidak. Mereka juga dengan tidak serta-merta mengabaikan ruang publikasi awalnya, dan sebagian yang lain juga dengan sadar kemudian tetap fokus di dunia maya. Ada banyak alasan yang tak bisa selesai dengan satu rumusan saja. Sastra di internet tidak lahir kemarin sore. Mereka yang menulis di dunia maya pun bisa mempublikasikannya di koran merupakan bukti bahwa baik koran maupun internet bisa melahirkan karya yang baik. Bukankah Romi juga percaya sastra di internet juga tidak semata-mata sebagai media alternatif tapi juga tempat belajar menulis.

Mestinya kita belajar bagaimana koran dan internet bisa diperlakukan dengan wajar. Caranya dengan tidak lagi memandang media publikasi mana yang paling baik. Koran dan internet adalah sama-sama ruang publikasi. Tidak selalu koran memuat karya terbaik (dengan tidak mengabaikan fungsi dan peran koran yang bersifat jurnalistik). Karya yang baik juga bisa lahir dari koran mana pun dan ruang publikasi apa pun. Karya buruk pun bisa muncul dari bentuk media apa pun. Belum lagi alasan-alasan yang akan sangat panjang ketika kita mempertanyakan kenapa mempublikasikan sastra di koran, atau di internet. Kita tidak membahas dalam sebuah diskusi yang sambil lalu.

Di satu sisi dia meragukan internet dengan perannya (termasuk mendistribusikan buku) tapi di sisi lain dia juga menganggap setiap orang perlu tahu dengan internet agar tidak pander teknologi. Di satu sisi dia bilang internet adalah ruang yang tidak elit dengan beragam kepentingan, tapi di sisi lain dia juga mengatakan internet adalah ruang yang tak bisa diakses oleh semua orang. Bagi saya tidak ada hubungan antara pengarang lokal- pengarang nasional dengan akses internet. Istilah daerah atau lokal merujuk pada tempat. Kitalah yang kemudian menjadikan istilah lokal-daerah menjadi sesuatu inferior. Bahwa yang nasional tidak hanya pusat. Istilah koran nasional misalnya, muncul dikarenakan faktor-faktor yang mendukung seperti jumlah pembaca, oplah, persebaran dan distribusinya. Jawa Pos yang terbit di Surabaya (merujuk wilayah) adalah juga koran nasional karena berdasarkan oplah dan jumlah pembaca serta.

Bagi Romi, orang gagap teknologi adalah orang yang tak bisa meninggalkan dunia koran. Romi seperti tidak terima jika ada orang yang menulis di dunia cyber mengirimkan karyanya juga ke koran. Apa iya bagi Romi orang-orang yang mempublikasikan karyanya di blog dan facebook semata-mata orang yang menolak koran sebagai ruang publikasi? Apakah perlu dipertanyakan pula mengapa mereka yang karyanya dipublikasikan di koran kemudian memposting karyanya di blog, situs atau FB?

Romi juga menulis, “Warisan itu berbentuk dikotomi lokal-nasional, di mana satu kategori yang bernama nasional merasa lebih superior dibanding lokal. Pengarang lokal dipandang begitu inferior. Belum ada apa-apa bila karyanya menembus koran nasional.” Romi mengatakan mereka (yang menasional itu) menutup pintu komunikasi, tak mau duduk semeja dengan pengarang lokal dan berkumpul dengan sesama mereka. Dia menuding-nuding dengan “mereka, mereka” tanpa menyebut yang mana dan siapa.

Ketika mempertanyakan dominasi koran (dan peran redaktur) dianggap sebuah sikap yang ambivalen, bagaimana kita bisa bicara soal superior-inferior, lokal-nasional, pusat-daerah, pengarang kecil-pengarang besar?



Penerbit, Distribusi dan “Membumikan Sastra”

Di pembuka bagian tiga, Romi mulai dengan mengatakan gagasan sastra internet sebagai ruang alternatif (yang tadi juga diakuinya) jauh panggang dari api. Sejak kapan pula internet diklaim sebagai milik kaum elit? Dia menukik pada soal buku dan pembaca. Mulai dari pembumian sastra, soal distribusi yang cenderung tertutup, e-book, buku online, hingga sikap yang seharusnya diperhatikan penerbit buku. Rakus sekali dia yang mau merumuskan sesuatu dalam sekali tulis.

Untuk distribusi tawaran Romi adalah sistem jemput bola. Seandainya Romi bisa menjelaskan bagaimana teknik ini berjalan, agar buku bisa sampai ke kaki lima, saya yakin para penerbit dan distributor akan berhutang besar pada ide brilian ini. Upaya menggunakan jaringan komunitas, menjual buku online adalah salah satu media distribusi buku diabaikan Romi. Sekali lagi dia menganggap upaya semacam ini adalah bentuk “menentang”. Gampang sekali ia mengklaim bahwa ini penolakan, itu penolakan dan kesemua adalah ambivalensi. Aih!

Dengan sangat bijaksana Romi lalu berujar: “Bila dibanding dengan strategi pemasaran Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, Rahasia Medee dan Negeri Lima Menara, saya pikir kita perlu belajar dari mereka. Akan tetapi, jangankan belajar, sebagian kaum sastrawan menolak kehadiran mereka.” Romi sedang bicara strategi pemasaran atau sikap (sebagian) sastrawan terhadap karya mereka? Romi tidak memberikan gambarannya. Romi mungkin lupa, penerbit kecil yang katanya melakukan kapitalisasi itu paling banyak hanya menerbitkan 2000 eksemplar buku, sementara standar yang diminta distribusi besar 5000 eksemplar buku. Belum lagi harga buku sangat ditentukan oleh harga kertas, biaya produksi dan biaya distribusi. Bicara sastra sampai ke tengah masyarakat, novel-novel Fredy S., Lupus, Wiro Sableng, komik petruk-Gareng sampai karya-karya Asmaraman Koo Ping Hoo justru tidak ada tandingan. Semua penerbit ingin bukunya tersalurkan sejauh-jauhnya, namun langkahnya tentu tidak sederhana.

Romi juga menuding perlakuan sastrawan yang tidak menyertakan para pengarang yang dimaksud ke acara-acara pertemuan sastra. Menurut Romi sebagai sastrawan mereka harusnya juga mendapat tempat di acara-acara pertemuan sastra. Di Indonesia ada banyak acara-acara sastra. Mungkin seseorang tidak diundang di event tertentu tetapi di event yang lain. Bahkan Andrea Hirata mewakili Indonesia Festival Iowa. Melihat pembaca menangis, merasa tersadarkan, buku laris, difilmkan tentu bukan kontribusi yang diharapkan demikian. Siapa sebenarnya yang diuntungkan oleh situasi semacam ini? Alih-alih sastra sampai ke pembaca dengan baik, mereka justru menjadi selebritas, diundang dengan bayaran sekian puluh juta, memberi motivasi dan justru lebih banyak bukan untuk acara-acara sastra. Justru dari sini muncul menara gading, pemberlakuan istimewa terhadap sebagian sastrawan. Apa sastra selesai dengan karya yang renyah, laku di pasaran dengan mengabaikan betapa sistem ekonomi berperan besar di sana? Membumikan sastra tak mesti dilihat dari buku yang laris, pengarang diundang dengan honor besar, penampilan diseting manajemen, diproduksi barang-barang semacam kaos, note book, pulpen, pin.

Selanjutnya Romi menulis, “Hampir tak bisa dipungkiri, sistim seperti itulah (kapitalisme) yang membantu sastra untuk membumikan dirinya. Bahkan, sejumlah penerbit kecil ada yang berlaku serupa… sehingga tak mengherankan kenapa tak mau mendistribusikan buku-bukunya ke toko buku yang mereka anggap kapitalis.” Dia menganggap (mungkin sebagian atau keseluruhan?) penerbit kecil yang maling teriak maling. Romi mungkin pura-pura tak tahu betapa penerbit kecil ini dikepung mafia buku. Untuk menerbitkan satu buku penerbit kecil harus pontang-panting mendapatkan kertas dan berhitung betul dengan biaya produksi. Belum lagi buku yang ditolak dengan berbagai alasan: jenis buku, judul, pilihan cover, menjual-tidak menjual, hitungan laku tidak laku sampai harga distribusi yang mencekik leher.

Siapa yang berladang di punggung sastrawan? Klaim ini harus bisa dipertanggungjawabkan. Romi berharap penerbit kecil akan bisa bersikap seperti penerbit besar, namun mengabaikan usaha yang dilakukan mereka dengan tudingan-tudingan kasar dan tak berdasar. Tentu kita boleh tidak sepakat dengan kerjasama penerbitan antara pengarang dan penerbit. Hal itu, sebagian dilakukan sebagai upaya agar karya bisa terbit. Di Kita perlu melihat ini dari dua wilayah sekaligus: pengarang dan penerbit untuk lebih objektif.



Indrian Koto, mahasiswa yang belum menyelesaikan S1