Rabu, 09 Desember 2009

RELIEF BETON PERTAMA INDONESIA SEGERA DI PUGAR


Minggu, 06 Desember 2009 04:48
Oleh Jajang R Kawentar

Relief modern yang dibuat oleh anak bangsa ini ada kemungkinan akan dihancurkan. Relief ini merupakan ungkapan kecintaan anak bangsa sebagai pejuang dalam membangun bangsa dalam seni budaya dan sebagai sebuah manifestasi seni yang tidak tertandingi pada saat itu, karena berbagai keterbatasan pengetahuan dan medianya. Namun begitu hasilnya berkelas dunia. Tetapi sepertinya karya seni ini tidaklah berarti dibanding dengan dunia politik dan korupsi yang berkembang di Indonesia yang carut kemarut.
Saya mendapatkan kesempatan menerima keluh kesah ini dari putra sang pelukisnya dan dari Bambang Suroboyo yang berkesempatan mengunjungi lokasi beserta mendapatkan beberapa fotonya. Tentu sebagai anak bangsa yang juga tergugah dengan perlakuan tidak adil terhadap karya yang luar biasa itu, maka rasanya perlu menggugah para pekerja seni dan budayawan untuk segera menghentikan penghancuran terhadap karya tersebut.
Relief yang terpajang di VIP Room Bandara Kemayoran yang merupakan pintu gerbangnya Indonesia pada masa Soekarno diprakarsai oleh Presiden pertama Indonesia itu dikerjakan oleh guru dari Seniman Indonesia Muda (SIM) pada 1957 diantaranya S Sudjojono, Harijadi S, dan Surono. Murid-muridnya diantaranya para siswa termasuk : Darmi S, Djakaria S, Marah Djibal, Sudariyo, Sudibyo, Chaidir, Darmo S dan masih banyak lagi. Relief ini merupakan relief beton modern pertama di Indonesia, yang ditancang oleh siswa dari SIM hasil dari ujiannya yang terpilih dari sekian banyak siswanya.
Menurut Marah Djibal, ini relief beton modern pertama di Indonesia. Dikerjakan tanpa menggunakan tukang saring/aduk semen pasir, karena pembuatan relief termasuk ujian akhir para siswa, sehingga para siswa bekerja sebagai tenaga bangunan yang harus mengaduk semen dan mengerjakan pembetonan, sekaligus tenaga artistik yang harus memindahkan desain ke atas beton lalu memahat dengan teknik pahatan dalam, bukan dangkal. Tiga disain yang luar biasa direalisir secara luar biasa (!). Proyek relief dibiayai oleh Kantor Djawatan Gedung Gedung.
Masing-masing seniman mengerjakan satu relief yang bertema menggambarkan kekayaan yang dimiliki Indonesia, Sudjojono mengerjakan Manusia Indonesia yang menggambarkan bagaimana rakyat yang sedang membangun, bekerja di berbagai bidang, tergambar tubuhnya yang kekar seperti semangat masanya. Harijadi S, menggambarkan Flora Fauna Indonesia di sana terdapat berbagai tumbuhan dan binatang yang terdapat di Nusantara baik yang di air tawar dan lautan serta yang di darat seperti Harimau, Gajah, Banteng, Babi hutan, Rusa, berbagai macam monyet dan masih banyak lagi. Harijadi S, mengerjakannya dengan detil dan halus. Sementara Surono menggambarkan legenda Sangkuriang, ia seperti sedang bertutur dalam relief tersebut meskipun pengerjaannya tidak sehalus Sudjojono dan Harijadi.
Ukuran karya Sudjojono yang terpambang itu, kira-kira panjang 30 meter tinggi 3m, ukuran karya Harijadi diperkirakan panjang 10 meter tinggi 3 meter dan karya Surono diperkirakan panjangnya 13 meter panjang 3 meter.
Sementara menurut Santu Wirono yang juga pelukis putra dari Harijadi S analisa sederhana saya berbunyi, dikatakan relief beton modern pertama di Indonesia mengingat kesatu : relief tidak terikat pada tradisi relief di Jawa, Bali dan daerah lain yang bernafaskan agama atau kepercayaan. Kedua Soekarno yang Seniman Adiluhung ingin menunjukan Indonesia di hadapan tamu negara dengan sebuah ilustrasi tentang indonesia, melalui media relief beton di halaman terdepan negeri ini.
Relief ini kini dalam keadaan kritis, hendak dibongkar oleh pengelola Bandara Kemayoran tersebut yang berada di bawah Sekretaris Negara seperti yang tertera dalam papan nama, juga berdasarkan keterangan yang didapat dari Satpam seperti dijelaskan oleh Santu Wirono.
“Ukiran itu tidak boleh disentuh,” kata beberapa Satpam yang berada di depan Bandara Kemayoran berulang kali. Seperti diungkapkan Santu Wirono dan Bambang Suroboyo yang menyempatkan datang ke lokasi pada medio Nopember 2009.
Pada masa Orde Baru karya-karya ini hendak diberanguskan, seperti juga karya-karya sastra lainnya. Soekarno pada saat itu berkeinginan untuk mempersembahkan gambar kekayaan Nusantara ini bagi para tamu luar negri. Tidak hanya kekayaan alamnya yang dimiliki tetapi i seni budayanya. Untung saja tidak jadi, namun sekitar 2m relief dijebol juga untuk pintu tangga masuk ke VIP room bandara tersebut.
Pada masa pemerintahan sekarang karya yang merupakan masterpiece Indonesia, akan di hancurkan. Apakah keperdulian negara terhadap hasil karya seni anak bangsa ini memang tidak ada. Harapannya gedung itu menjadi sebuah cagar budaya atau meuseum yang bisa menyimpan karya seni. Paling tidak tempat itu mengingatkan pada bangsa Indonesia bahwa ada anak bangsa yang berhasil menciptakan karya seni yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Yang pada masa sekarang belum tentu bisa terulang kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar