Selasa, 20 Desember 2011

TEPIAN LEMATANG TEMPAT PUITIS SEBAGAI OBJEK WISATA





Oleh Jajang R Kawentar

Tepian Sungai Lematang menjadi tempat yang cukup puitis untuk dikunjungi diakhir pekan. Mengajak keluarga, saudara, teman dekat atau sendirian sambil ngopi, makan bersama dengan membawa bekal dari rumah atau membeli di warung yang tersedia di lokasi, atau hanya duduk melepaskan lelah pikir atau lelah bekerja selama sepekan. Datang dengan menggunakan sepeda tua klasik, motor klasik, mobil klasik, mobil offroad, motor trail, bergaya seperti seorang yang touring. Sungguh mengasikkan. Berfoto bersama dengan latar belakang bukit jempol (bukit serelo) dan Sungai Lematang yang membentang dengan jembatan gantungnya. Setelah itu di upload ke Facebook atau Youtube, meminta komentar dari kawan-kawan yang jauh. Betul-betul seperti the amazing to Lahat mooi. Sederhana namun mengesankan. Sehingga orang lain ikut tertarik, dan penasaran untuk mengunjungi kota Lahat, mengunjungi tempat tersebut.
Mencari kepuasan bersama keindahan alam Lahat yang sungguh lebih indah dari daerah manapun. Begitulah egoisme positif dibangun menjadi nilai-nilai patriotisme lokal. Lahat adalah keindahan yang sungguh real, keindahan daerah lain itu karena alasan kita memandangnya berlebihan. Sehingga melupakan keindahan alam sekitar kita sendiri.
Pergi ke tepian Lematang menjadi alternatif wisata yang menjanjikan dan murah. Kita bisa merasakan bagaimana masyarakat mandi, mencuci dan memenuhi kebutuhan domestik keluarga. Disamping itu mengingatkan pada jaman dahulu, ketika Sungai Lematang menjadi pusat transportasi yang menyambungkan kota dengan dusun. Menjadi satu-satunya akses kehidupan perkekonomian, jual beli dan barter kebutuhan sandang pangan di aliran sungai tersebut.
Saat ini di beberapa lokasi tepian Sungai lematang bisa menjadi tempat untuk rekreasi keluarga. Mengapa sungai Lematang?, pertama karena alasan pemandangannya, umpamanya menghadap ke Bukit Serelo atau bukit Jempol, bukit besar, bukit telunjuk dan bukit-bukit lainnya yang merupakan jajaran bukit barisan. Kedua, karena alasan angin yang meniup semilir begitu sejuk dan udara yang segar, ketiga ada aktifitas warga yang menambang batu serta pasir secara tradisional, menjala ikan, keempat, bunyi dan gerak air yang mengalir ikut mengendurkan urat syaraf apalagi turut menyentuh air serta batu pasir yang berada di tepian sungai tersebut. Seperti mempertemukan kerinduan kita kepada laut luas dan sejarah panjang Kabupaten Lahat.

Membangun Kerinduan Sungai Lematang
Bagaimana membangun kerinduan masyarakat terhadap sungai Lematang menjadi sebuah gaya hidup yang sehat dengan berekreasi mengajak keluarga ke Sungai Lematang. Sebagai upaya relaxasi dari aktifitas sehari-hari. Membiasakan rekreasi dengan tempat tujuannya sungai Lematang yang berfungsi untuk memotivasi berpikir dan bekerja, mengumpulkan energi, suporrt kinerja, serta refresing. Memunculkan semangat baru, serta membangun kehangatan bersama keluarga.
Bahwa Sungai Lematang menyimpan sejarah juga kenangan di setiap insan yang pernah dekat atau menghampirinya, apalagi pernah tinggal di sekitarnya . Kenangan ini yang bisa mempertemukan kembalinya ingatan masa lampau. Sungai Lematang menjadi alasan sebagai daya tarik untuk mengunjunginya kembali, karena kenangan atau sejarah sudah tertancap di sana.
Mengajak keluarga sanak saudara atau handaitaulan menelusurinya ulang. Seperti napak tilas perjalanan diri, seperti ungkapan sebuah cinta terhadap tanah air sendiri, sekaligus memperkenalkan sebuah gaya hidup sehat rekreasi di tepian sungai Lematang. Dengan harapan kemudian Sungai tersebut menjadi objek wisata yang permanent serta menjadi ikon parawisata murah di Lahat khususnya, Sumatera Selatan dan go internasional yeah.
Semoga saja kita tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan phisik saja tetapi rekreasi yang bisa memenuhi kebutuhan rohani. Menjaga keseimbangan dalam hidup, rekreasi itu penting sebagai makanan rohani atau jiwa. Rekreasi yang sekaligus membangun citra daerah sendiri adalah ke sungai Lematang.
Sekarang dibeberapa lokasi tepian sungai sudah banyak warung kopi atau rumah makan. Kita bisa mampir sebentar, melepas lelah, memandang landscape. Menceritakan sebuah perjalanan atau penasaran menyentuh air dan batu lematang yang unik.
Kita seringkali kebingungan bagaimana menikmati sebuah landscape atau suasana. Membandingkan sejuknya udara kota dengan udara di tepian sungai, membandingkan suara gemuruhnya air atau gemericiknya air dengan suara keramaian kota, dengan deru mesin dan kendaraan. Kesunyian yang di taburi suara burung atau suara serangga, adalah suasana masa lampau yang kini sulit ditemukan di kota. Seperti ketika listrik belum masuk dusun dan kendaraan masih sangat sulit dijumpai.
Dalam sebuah landscape dan suatu suasana tersebut tersurat serta tersirat kekuasaan Tuhan yang mengaturnya. Tak ada yang sama dalam setiap suasana dan di setiap landscapenya. Dengan menyadarinya, maka rasa indah itu muncul bersama rasa kagum. Selain itu pengakuan terhadap kemungkinan yang akan terjadi dan sedang berlangsung merupakan kenikmatan. Seringkali tidak disadari oleh para wisatawan awam atau pemula.
Biasanya wisatawan awam hanya ikut-ikutan berwisata berdasarkan kebanyakan orang. Bukan karena kebutuhan untuk refresing hanya kebutuhan sebuah gaya hidup modern. Sungai Lematang menunggu para wisatawan yang membutuhkan arti dari sebuah refresing.

Menggali Sejarah yang Terkikis Air
Kita bisa menjaga originalitas aktifitas keseharian yang ada di sungai tersebut. Menjaga kelestarian sungai tersebut dengan lingkungannya, dengan tidak membuang sampah atau limbah ke sungai. Tidak mengeruk sumber daya alam yang terkandung di sungai secara (sporadis) berlebihan, sehingga akan merubah ekosistem yang berada di sekitar sungai.
Diupayakan reboisasi atau penanaman pohon di sepanjang tepian sungai supaya sungai tidak terkikis oleh arus air (abrasi). Tentunya penanaman pohon tersebut diiringi dengan larangan penebangan pohon di sepanjang tepian sungai. Sekaligus sangsi hukumnya yang berat, sebagai upaya penyelamatan sungai. Sebab apabila terjadi abrasi akan berpengaruh terhadap debit air sungai, dan jelas akan terjadi pendangkalan dasar sungai.
Karena pendangkalan akan berpengaruh terhadap berkurangnya debit air dan akan mempengaruhi musim tanam padi petani yang menggunakan media sawah, karena air tidak akan sampai pada tujuan yang berada di ilir. Sebab air tidak memiliki tenaga untuk mengirimkannya, karena air mengikuti bentuk sungai yang kian melebar, sulit untuk mengikuti lajurnya. Menjadi banyak kehidupan alam yang dirugikan.
Apabila sudah terjadi seperti ini maka alamat mengecilnya harapan Sungai tersebut menjadi arena wisata. Puitisasi sungai menjadi suram dan muram. Bagaimana kita juga bisa ikut melestarikan lingkungan, sekaligus menjaga sejarah daerah-daerah yang berada di sepanjang tepian sungai seperti Benteng, Bandar Agung, Balai Buntar, beberapa Makam atau petilasan Puyang (nenek moyang) dan masih banyak lagi menjadi terkelola dengan baik.

Penulis Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo dan Guru SMA Negeri 1 Merapi Selatan Kab. Lahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar