Minggu, 01 November 2009

PERUPA MEDAN GELAR KARYA

KESENIAN
Delapan Perupa Gelar Karyanya

Senin, 2 November 2009 | 03:41 WIB

Medan, Kompas - Delapan perupa Medan menggelar karyanya untuk korban bencana gempa di Sumatera Barat. Semua karya tersebut dilelang yang hasilnya disumbangkan kepada korban bencana. Rencananya, gerakan positif ini akan berlanjut ke lokasi lain.

”Pameran ini kami gelar sebagai bentuk solidaritas seniman Medan. Kebetulan sejumlah perupa dan pengusaha mempunyai visi yang sama,” tutur pemrakarsa pameran, Dedy F Moningka, Minggu (1/11), ditemui di lokasi pameran.

Delapan perupa itu adalah Rein Asmara, Dimardi Abas, Wan Saad, Endra, Audi, Rasinta Tarigan, Oncont Moelyono, dan Yoesrizal. Mereka memamerkan 23 karya lukis, delapan lukisan di antaranya dilukis langsung di lokasi pameran. Pameran ini berlangsung sejak Jumat (30/10) sampai Minggu (1/11) di Lantai Empat Sun Plaza, Medan.

Para perupa sengaja melukis sebagian karya mereka di lokasi pameran untuk memancing pengunjung agar lebih bisa berinteraksi dengan perupa. Meski tak satu pun pelukis berasal dari Minangkabau, hampir semua tema lukisan mengambil obyek budaya Minangkabau, seperti penari dan rumah adat.

Salah satu lukisan karya Wan Saad berjudul Ranah Minang. Lukisan ini menggambarkan lansekap pemandangan indah di Sumatera Barat. Dia menampilkan secuil keindahan tersebut melalui lukisan rumah adat di sekitar persawahan, dengan latar belakang ngarai. Lukisan ini mengingatkan pada pemandangan indah di Ngarai Sianok di Bukittinggi. Lukisan naturalis ini dibeli seorang pengusaha perempuan asal Medan.

Begitu pun dengan lukisan Rein Asmara berjudul Minangkabau. Pelukis senior ini ingin menyampaikan kepada penikmat seni betapa kayanya adat dan budaya Minangkabau. Hal ini disampaikan melalui lukisan seorang perempuan dengan pakaian adat, binatang kerbau, dan rumah adat. Adapun perupa Endra menampilkan karya berjudul Singkong Kaligrafi. Perupa yang selalu mengeksplorasi singkong sebagai obyek lukisan ini ingin menyampaikan dahsyatnya bencana gempa di Sumatera Barat.

Panitia semula mengundang 20 perupa, tetapi dari jumlah itu, delapan perupa yang sanggup menggelar pameran. Hal ini, tutur Dedy, semata-mata karena persoalan teknis. ”Sebagian pelukis tidak bisa menyiapkan karya dalam waktu singkat. Semestinya, persoalan ini bukan menjadi alasan untuk berbagi,” tutur seniman muda, Endra.

Sampai hari Minggu sore, lima lukisan telah terjual dengan nilai Rp 5,3 juta. Pelelangan berlangsung seperti lelang pada umumnya.

Para pembeli lukisan berasal dari aneka ragam latar belakang, seperti politisi, pengusaha, dan masyarakat biasa.

Panitia juga menyediakan jasa sketsa wajah kepada para pengunjung. Pengunjung memberi penghargaan kepada penyumbang bencana dengan sebuah sketsa wajah jika nilai sumbangannya Rp 100.000 per lukisan. (NDY)Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar