BUJANG BEDENGKANG MENGUKIR KESUSASTRAAN LAHAT
Oleh Jajang R Kawentar
Bujang Bedengkang ini judul buku kumpulan puisi yang baru diterbitkan Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] yang bermarkas di Desa Pagarsari Lahat. Buku kumpulan puisi ini mengutamakan puisi berbahasa Lahat. Ada 46 puisi yang terkumpul dalam buku itu, 22 diantaranya puisi berbahasa Lahat dan selebihnya berbahasa Indonesia.
Buku merupakan bagian dari aktualisasi diri baik dari sebuah kelompok atau organisasi atau perorangan. Kali ini aktualisasi dari Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan orang perorang yang terdiri dari Yudistio Ismanto, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar. Kesemua bergiat di [KSLS] dimana bekerja sastra , mulai diskusi, berkarya, melakukan pementasan dan kerja kreatif lainnya.
[KSLS] pada saat ini sedang bergumul dengan bahasa daerah lahat yang merupakan bahasa Ibu dimana kami berada dan berproses. Hal ini bagian dari proses kreatif, bagaimana mengolah berbagai bahan bahasa daerah Lahat yang ada akan diracik menjadi masakan yang lezat berwujud karya sastra, atau hanya sekedar menampilkan apa yang kami miliki di daerah ini. Memang [KSLS] sedang belajar sombong dengan bahasa kami sendiri untuk orang lain, untuk siapapun di luar kami, atau belajar berbangga diri karena memiliki kekayaan bahasa yang beda dengan daerah lain, meskipun mungkin hanya sebagahagiannya atau hanya sepotong saja. Namun apapun yang kami miliki kini sedang dalam racikan di [KSLS].
Seperti halnya Yudistio Ismanto yang semula berekspresi melalui bahasa Indonesia kini betul-betul menekuni bahasa Lahat, mulai menggali terus istilah-istilah bahasa dusun dan bahasa-bahasa lama yang kini mulai banyak orang tinggalkan. Bujang Bedengkang merupakan salah satu judul puisi miliknya yang menjadi uncak di dalam buku kumpulan puisi ini.
Dengan menerbitkan beberapa karya puisi berbahasa daerah ini, berharap mendapat perhatian dari masyarakat untuk ikut menumbuh kembangkan bahasa yang agung ini melalui berkarya sastra. Begitupun harapan supaya ada manfaat dan bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan. Karena sepengetahuan kami selama ini karya sastra berupa puisi modern berbahasa Lahat tidak ada dan baru ini kali pertama puisi berbahasa Lahat hadir dihadapan pemirsanya. Pemirsa sekalian sebagai pengguna bahasa Lahat itu sendiri.
Meskipun keadaan buku yang kami terbitkan ini masih sangat sederhana, karena memang kemampuan yang bisa kami lakukan baru sebatas ini. Tidak menutup kemungkinan apabila apa yang kami usahakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka sesuatu yang lebih spektakuler akan kami tempuh. Semua ini semata sebagai pengabdian [KSLS] terhadap pemerintahan yang berkuasa dan kepada masyarakat Lahat yang kami cintai.
Sekecil apapun pengabdian [KSLS] kepada masyarakat, semoga mendapat tempat yang baik di hati mereka. Karena kami berpikir kalau bukan kita yang memulai berkarya sastra berbahasa Lahat, lalu siapa lagi. Semoga ini permulaan yang baik untuk mengukir sejarah kesusastraan di Kabupaten Lahat.
Selain itu buku Kumpulan Puisi Bujang Bedengkang berbahasa Lahat ini dibawa dalam perhelatan di acara Temu Sastrawam Indonesia ke III di Tanjungpinang di Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28-31 Oktober lalu. Bahasa Lahat didendangkan di hadapan para penyair bertaraf nasional itu. Tentu sebuah kesempatan bagi jeme Lahat mengibarkan kebahasaannya yang juga merupakan bagian dari bahasa Melayu ini.
Kesempatan emas ini sesungguhnya kita rebut sebagai tempat untuk mendapat perhatian bagi para penulis dan gila menulis untuk mau berbondong-bondong datang ke kota Lahat hanya sekedar untuk menulis kebudayaan Lahat yang sungguh sangat kaya ini. Mulai kebudayaan para puyang atau cerita dusun, pantun, sastra lisan atau berbagai bentuk megalith peninggalan pra sejarah itu. Kita berharap dengan dorongan para penulis dan menyebarkannya dalam berbagai media massa maka kekayaan seni budaya Lahat menjadi lebih dikenal.
Seperti halnya buku Laskar Pelanginya karya Andrea Hirata yang kemudian menjadi sebuah film dan cukup mengejutkan untuk kepariwisataan di Bangka Belitung. Sebuah karya sastra dan film yang mengubah image masyarakat terhadap kepulauan Bangka Belitung itu dari yang menyeramkan, menjadi sangat romantis dan saat ini mulai terbuka keindahan alamnya yang elok itu menjadi sasaran para pelancong. Pemerintah dan masyarakat di Bangka Belitung kini tinggal mengeruk keuntungan dari para pelancong tersebut, dan ini nyata-nyata bermula dari kerja seorang sastrawan.
Beberapa daerah sepertinya mulai melirik bagaimana peran para sastrawan dijadikan sebagai garda depan dalam pembangunan daerah yang membangun image masyarakat
untuk terus tak henti mencintai seni budaya sendiri dan menciptakan citra daerahnya menjadi semakin baik.
Keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Lahat sungguh membuat orang-orang yang haus akan sejuknya alam terkagum-kagum. Tetapi seringkali orang-orang yang mendiaminya seperti tidak perduli, mungkin karena keindahan alam kita itu sudah biasa setiap hari di lihatnya. Namun apabila kita pernah berkunjung ke beberapa daerah di nusantara atau ke luar negri maka ketika kembali ke daerah kita ini pasti daerah Lahat ini tidak kalah indahnya dengan daerah lain.
Permasalahannya hanyalah bagaimana kita mengelola dan mengemas sebuah pariwisata dan seni budaya kita ini. Bagaimana kita menggalakannya kembali kantong-kantong budaya atau kesenian yang ada di dusun-dusun dan bagaimana berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu kita pelihara serta dirawat. Disinilah peran para penulis atau sastrawan dalam mendokumentasikan berbagai peninggalan sejarah dan seni budaya itu tidak hanya sebagai wacana saja, atau hanya berkembang dari mulut ke mulut. Tetapi tampak dalam bentuk manuskrip buku yang kemungkinan abadi dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Tidak hanya di daerah sendiri tetapi orang-orang di luar daerah kita ini dapat menikmati atau dapat melakukan penelaahan dan penelitian.*)
Minggu, 14 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar